Medan – Di tengah persaingan perbankan yang makin ketat, Bank Sumut tetap optimistis mampu melanjutkan tren kinerja positif sepanjang 2024. Terutama dalam meningkatkan penyaluran kredit hingga dana pihak ketiga (DPK).
Direktur Utama Bank Sumut, Babay Parid Wazdi menilai, secara kinerja BPD memang terus berkembang setiap tahunnya. Namun, perlahan saat ini pangsa pasar BPD mulai tergerus oleh persaingan perbankan.
“Walaupun BPD terus membesar, tapi sebetulnya banyak segmen pasar BPD yang keambil. Jadi kita coba kembalikan bahwa ‘keju’ (pangsa pasar BPD) harus keambil lagi,” ungkap Babay kepada Infobanknews di Medan, Sumatra Utara, Senin, 21 April 2024.
Untuk merebut kembali pangsa pasar BPD, kata Babay, pihaknya mencoba fokus menggarap segmen atau sektor potensial yang berkesinambungan dengan pembangunan dan perekonomian daerah tempat BPD itu berdiri.
“Kami coba kembangkan lima sektor unggulan yang ada di Sumut,” kata pria yang gemar menulis ini.
Baca juga: Panen Rejeki BPD Digelar, Alat Undian Tabungan Simpeda Resmi Disegel
Pertama, kata Babay, Bank Sumut menggarap sektor pedesaan. Menurutnya, ada potensi besar dari sektor pedesan di Sumut. Terlebih, di Sumut terdapat 5.500 desa dan setiap desa memiliki anggaran Rp1 miliar per tahun.
“Rata-rata satu desa punya anggaran Rp1 miliar. Jadi kalau ditotal ada Rp5,5 triliun dana dari desa. Dan itu bisa diambil (potensi). Kalau itu bisa dikelola BPD, itu luar biasa,” papar Babay.
Untuk itu, pihaknya menargetkan seluruh desa memiliki rekening di Bank Sumut. Saat ini, jumlah desa yang memiliki rekening Bank Sumut terus bertambah.
“Untuk pengelolaan gaji perangkat atau desa dan lainnya, kita arahkan memiliki rekening Bank Sumut. Jadi kan angka masuk Rp5,5 triliun itu berpindahnya tetap ke Bank Sumut juga. Supply chain-nya kita garap, supaya DPK terus meningkat,” ujarnya.
Kedua, lanjutnya, sektor pemerintahan. Bank Sumut coba menggarap vendor-vendor yang bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumut, untuk menjadi nasabah Bank Sumut. Potensinya juga sangat besar, mengingat saat ini Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sumut sekitar Rp67 triliun.
“Berdasarkan data base Bank Sumut, terdapat 15.000 vendor kecil penujukan langsung dan 2.000 vendor dengan cara tender. Ini yang coba kita tarik jadi nasabah kita, sebagian sudah. Tapi yang belum kita tarik dengan berbagai produk dan program,” ujarnya.
Ketiga, segmen potensial lainnya adalah sektor kesehatan. Menurut Babay, Sumut memiliki terdapat 660 puskesmas dan 41 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Kemudian, sektor pendidikan dan agrobisnis di kawasan Sumut.
“Kelima sektor ini sangat potensial untuk meningkat DPK maupun kredit. Sektor-sektor ini coba kita kelola dan rebut kembali (dari persaingan bisnis perbankan),” ujar Babay.
Melihat potensi tersebut, Babay menargetkan penyaluran kredit Bank Sumut sepanjang 2024 bisa tumbuh 9 persen. Termasuk dengan laba yang diproyeksikan naik sekira 3,5 persen. Proyeksi raihan laba ini memang tak setinggi tahun sebelumnya.
“Laba kita tidak bisa menargetkan se-progresif tahun lalu, karena ada beberapa faktor salah satunya ada kenaikan pajak. Sedangkan aset kita targetkan tumbuh sekitar 5 persenan,” ujarnya.
Baca juga: OJK Sebut 10 BPD Siap Bentuk KUB, 4 di Antaranya Jadi Induk
Secara kinerja, Bank Sumut menutup tahun kerja 2023 dengan mengantongi laba bersih sebesar Rp740 miliar, atau tumbuh 5,56 persen year on year (yoy) dibandingkan Rp701 miliar di tahun sebelumnya.
Pertumbuhan laba bersih tersebut ditopang oleh kenaikan kredit yang mencapai Rp29,8 triliun di 2023 atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,58 persen bila dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya.
Sedangkan penghimpunan DPK mengalami kenaikan 9,75 persen, atau menjadi Rp35 triliun. Adapun total aset Bank Sumut pun mengembang menjadi Rp44,4 triliun, atau meningkat 9,40 persen ketimbang Rp40,6 triliun di tahun sebelumnya. (*)