Nusa Dua–Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo menilai saat ini ketidakpastian ekonomi global masih sangat tinggi. Hal tersebut akan mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi.
“Indonesia melihat kondisi ekonomi global masih lebih lambat,seperti diketahui IMF telah menurunkan proyeksinya. Indonesia kemudian bulan kemarin dalam Rapat Dewan Gubernur kita lihat 2016 pertumbuhan ekonomi akan turun ke 3%, dan 2017 dari 3,3% jadi 3,1%,” kata Agus dalam di sela-sela acara Bank Indonesia-Federal Reserve Bank of New York Joint International Seminar “Managing Stability And Growth Under Economis And Monetary Divergence” yang diselenggarakan di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali Senin, 1 Agustus 2016.
Ketidakpastian ekonomi global seperti normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat, sementara Eropa dan Jepang sedang melakukan pelonggaran kebijakan moneter, serta pertumbuhan ekonomi China yang melambat secara gradual menyebabkan beberapa langkah kebijakan baru diambil oleh otoritas-otoritas moneter dunia. Beberapa negara mengadopsi kebijakan suku bunga negatif pasca krisis global. Terbaru, keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa menambah kompleks outlook ekonomi global. Ditambah lagi, Brexit menyebabkan implikasi politik yang menyebabkan kerentanan baru.
“Saat ini di era ketidakpastian politik, tampaknya ada kaitan erat antara ketidakpastian politik dan kepercayaan pasar,” kata Agus.
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk memperkuat fondasi sistem keuangan global. Jika tidak, ada kemungkinan bahwa seluruh negara di dunia akan terjebak dalam lingkaran yang sama, yaitu krisis ekonomi.
“Dinamika dan kekhawatiran baru tersebut telah melahirkan satu set tantangan kebijakan baru, tidak hanya pada bagaimana secara bersamaan menjaga stabilitas dan menghidupkan kembali pertumbuhan, tetapi juga pada bagaimana memperkuat fondasi sistem keuangan global,” pungkasnya. (*)
Editor: Paulus Yoga