Jakarta – Industri keuangan Indonesia memiliki ruang lebar untuk terus tumbuh berkembang. Menurut data Biro Riset Infobank, total aset sektor keuangan Indonesia per Juni 2023 mencapai Rp 14.461,40 triliun, di mana 77,85% dari total aset tersebut berasal dari perbankan, sisanya asuransi 12,79%, lembaga pembiayaaan 4,73%, dana pensiun 2,48%, dan sisanya seperti pegadaian, penyedia keuangan berbasis teknologi, hingga penjaminan.
Namun, kedalaman sektor keuangan Indonesia pun, baik aset bank, kapitalisasi pasar modal, asuransi, maupun dana pensiun, relatif dangkal dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara.
Baca juga: Dari G20 Brazil, Sri Mulyani Bocorkan Arah Kebijakan Suku Bunga Global
Dan meski sektor keuangan Indonesia digembar gemborkan stabil, tapi jika dilihat dari indeks pusat keuangan global, posisi Jakarta sebagai pusat keuangan di Indonesia berada di urutan ke-95 dari 132 pusat keuangan yang disurvei menurut The Global Financial Centre Index (GFCI) tahun 2023.
Jakarta kalah dari Kuala Lumpur yang berada di urutan ke-80, Bangkok di urutan ke-86. Ranking pertama pusat keuangan diduduki oleh New York diikuti oleh London, Singapore, Hongkong, San Francisco, Los Angeles, Shanghai, Washington DC, Chicago, Genewa, Seoul, dan Shenzhen.
Menurut GFCI, peringkat 132 kota tersebut menunjukkan tingkat kepercayaan terhadap pusat-pusat keuangan dan perekonomian dari sebuah kota atau negara di tengah tantangan yang disebabkan oleh kesulitan rantai pasokan yang terus berlanjut dan ketidakstabilan yang disebabkan oleh perang yang berkelanjutan di Ukraina.
Baca juga: Pemerintah Optimistis Ekonomi RI Tumbuh 5,6 Persen di 2025
Bertahannya Amerika Serikat (AS) sebagai pusat keuangan nomor satu di dunia tak lepas dari kinerja lima pusat keuangan yang mencerminkan kekuatan ekonomi AS. London mempertahankan posisinya di urutan keduatempatkan di indeks dan pusat-pusat keuangan terkemuka di Tiongkok memiliki peringkat yang stabil. (*) KM