Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan kebutuhan pembiayaan korporasi pada Januari 2024 terindikasi melambat. Hal tersebut tecermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 6,5 persen, lebih rendah dibandingkan SBT 18,4 persen pada Desember 2023.
Dalam laporan BI menyebutkan bahwa pertumbuhan kebutuhan pembiayaan korporasi terutama didorong oleh peningkatan kebutuhan pada Lapangan Usaha (LU) Pertambangan, sementara perlambatan terjadi pada LU Perdagangan dan penurunan terjadi pada LU Penyedia Mamin.
“Kebutuhan pembiayaan korporasi terutama digunakan untuk mendukung aktivitas operasional dan membayar kewajiban yang jatuh tempo,” tulis dalam Laporan Survei dan Pembiayaan BI, Senin 26 Februari 2024.
Baca juga: Target OJK 2024: Kredit Bank Tumbuh 11 Persen, Asuransi 6 Persen
Responden menyampaikan bahwa kebutuhan pembiayaan pada periode laporan masih dipenuhi terutama dari dana sendiri sebesar 59,2 persen. Diikuti pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik 17,3 persen, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara itu, pembiayaan dari perbankan dalam negeri sebesar 7,1 persen terindikasi sedikit menurun dibandingkan Desember 2023.
“Responden menyampaikan alasan pemilihan sumber pembiayaan terutama masih dipengaruhi oleh aspek kemudahan dan kecepatan perolehan dana sebesar 76,5 persen serta biaya (suku bunga) yang lebih murah,” jelasnya.
Pada Januari 2024, permintaan pembiayaan oleh rumah tangga melalui utang atau kredit terpantau relatif stabil. Hal ini terindikasi dari responden rumah tangga yang melakukan penambahan pembiayaan melalui utang/kredit pada Januari 2024 sebesar 12,1 persen dari total responden, relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 11,9 persen.
Sumber utama pemenuhan pembiayaan rumah tangga pada Januari 2024 berasal dari pinjaman bank umum dengan pangsa sebesar 35,0 persen, sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 35,8 persen.
Sementara itu, alternatif sumber pembiayaan lain yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan rumah tangga adalah koperasi dan leasing, dengan pangsa masing-masing sebesar 23,4 persen dan 17,6 persen, keduanya meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
“Sementara porsi sumber pembiayaan dari perusahaan financial technology (fintech) dan BPR mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya,” katanya.
Berdasarkan jenis penggunaan, mayoritas pembiayaan yang diajukan oleh responden rumah tangga pada Januari 2024 adalah Kredit Multi Guna (KMG) sebesar 39,3 persen, menurun dibandingkan periode sebelumnya 41,5 persen.
Baca juga: Pemilu 2024 Lancar, Jokowi Minta Pelaku Bisnis Jangan Lagi Wait and See
Selain itu, jenis pembiayaan lain yang diajukan oleh responden adalah Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) sebesar 22,7 persen, kredit peralatan rumah tangga 12,9 persen, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) 8,5 persen, dan kartu kredit 4,0 persen.
Menurut tingkat pengeluaran responden, mayoritas rumah tangga yang mengajukan pembiayaan pada Januari 2024 adalah rumah tangga dengan tingkat pengeluaran Rp3-5 juta per bulan sebesar 42,1 persen, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya 39,2 persen.
Selanjutnya 40,9 persen rumah tangga dengan tingkat pengeluaran Rp1-3 juta per bulan yang mengajukan pembiayaan, meningkat dibandingkan Desember 2023 38,7 persen. Rumah tangga dengan tingkat pengeluaran di atas Rp5 juta per bulan yang mengajukan pembiayaan mencapai 17,1 persen, lebih rendah dibandingkan Desember 2023 sebesar 22,1 persen. (*)
Editor: Galih Pratama