Jakarta– PT Bank Permata Tbk (PermataBank) mencatatkan rasio permodalan tertinggi sepanjang sejarah Bank setelah sukses menggelar rights issue (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu) di penghujung periode triwulan yang berakhir 30 Juni 2016 (konsolidasi dan sebelum audit).
“Kami dengan gembira mengumumkan bahwa PermataBank telah sukses menyelesaikan proses rights issue sebesar Rp 5,5 triliun pada Juni 2016, di mana jumlah peminat porsi saham untuk publik melebihi kuota yang disediakan (oversubscribed). Dua pemegang saham utama kami, yaitu PT Astra International Tbk (Astra) dan Standard Chartered Bank (Standard Chartered), pun mengambil seluruh porsi saham mereka tanpa perlu menjalankan komitmen yang telah disepakati sebelumnya untuk memberikan dukungan selaku pembeli cadangan,” ujar Direktur Utama PermataBank, Roy Arfandy dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis 28 Juli 2016.
Dia menambahkan bahwa ini merupakan rights issue terbesar yang pernah dilaksanakan oleh Bank.“Kesuksesan rights issue tersebut memperlihatkan dukungan dari dua pemegang saham utama kami, Astra dan Standard Chartered, terhadap strategi Bank untuk memperkuat cadangan modal, sehingga PermataBank dapat memiliki fondasi pertumbuhan yang kuat,” tambah Roy.
Dengan selesainya rights issue tersebut, PermataBank mengakhiri semester pertama tahun 2016 dengan rasio modal inti utama (Common Equity Tier 1/CET-1) sebesar 14,7% serta Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 18,6%. Angka ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah PermataBank.
Rights issue yang dilakukan oleh PermataBank merupakan bagian dari strategi komprehensif yang dilakukan Bank sejak tahun lalu untuk memperkuat fondasi pertumbuhan, terutama di tengah tekanan ekonomi makro yang masih berlanjut. Di samping memperkuat modal, kebijakan tersebut juga mencakup meningkatkan kualitas aset, menumbuhkan aset secara selektif dan mengendalikan biaya-biaya.
“Dengan menjalankan kebijakan ini secara cermat dan hati-hati, PermataBank berhasil mempertahankan marjin, melakukan kontrol yang baik atas biaya-biaya operasional dan menjaga likuiditas tetap sehat. Hal ini akan memungkinkan kami untuk secara berangsur kembali menunjukkan performa yang kuat di masa mendatang,” kata Roy.
Mencerminkan posisi likuiditasnya yang kuat, aset likuid PermataBank meningkat sebesar 32% (year on year/yoy). Hingga akhir Juni 2016, Bank berhasil menjaga Loan to Deposit Ratio (LDR) secara konservatif di angka 86%. PermataBank juga terus memperbaiki struktur pendanaannya, sehingga mencatatkan rasio Current Account Saving Account (CASA) yang lebih kuat menjadi 42% dibanding tahun lalu sebesar 35%. Perolehan ini khususnya didorong oleh kesuksesan Bank dalam menumbuhkan Giro dan Tabungan berturut-turut sebesar 22% dan 8% secara yoy, melalui kombinasi program, penambahan fitur dan sinergi dengan kedua pemegang saham utama, Astra dan Standard Chartered.
PermataBank mencatatkan kenaikan pendapatan berbasis biaya (fee based income) sebesar 7% secara yoy. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan pendapatan dari kinerja kegiatan wealth management dan Treasury. Di sisi lain, penurunan buku pinjaman yang tercatat sebesar 8% merupakan bagian dari upaya Bank untuk fokus meningkatkan kualitas aset.
Sebagaimana yang diindikasikan sebelumnya, tekanan ekonomi makro masih terus mempengaruhi kualitas aset Bank dalam jangka pendek. Rasio NPL Gross dan Net masing-masing naik menjadi 4,6% dan 2,7%, didorong oleh penurunan kualitas kredit di rekening pinjaman komersial di berbagai sektor industri. Menanggapi risiko ini, PermataBank telah membukukan beban pencadangan kredit (impairment charge) yang jauh lebih tinggi.
Direktur Keuangan PermataBank Sandeep Jain mengatakan Bank mencatatkan kenaikan beban pencadangan (Provisions Expense) sebesar 248% dari semester pertama tahun 2015. Sandeep juga menambahkan bahwa laba setelah pajak dibukukan sebagai kerugian senilai Rp836 milyar. “Hal ini telah diantisipasi sebelumya dan merupakan bagian dari langkah-langkah Bank untuk meningkatkan kualitas aset. PermataBank saat ini berada dalam posisi yang relatif lebih kuat untuk mengelola risiko yang ada maupun yang mungkin terjadi,” ujarnya.
Meskipun 2016 masih menjadi periode penuh tantangan bagi industri perbankan, Roy mengatakan langkah-langkah yang telah diambil akan memungkinkan Bank melewati periode ini dengan baik. “PermataBank memiliki jaringan kantor cabang yang luas, kekuatan finansial inti, serta basis nasabah yang besar dan kuat. PermataBank akan terus beradaptasi dengan perubahan dan memperkuat posisinya untuk menangkap peluang-peluang di masa depan. Kami berterima kasih kepada para pemangku kepentingan kami, terutama para nasabah, pemegang saham, dan pemegang saham utama kami Astra dan Standard Chartered, yang telah senantiasa memberi kami dukungan penuh tanpa pernah putus,” pungkas Roy. (*)
Editor : Apriyani K