Jakarta– Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai pengumuman reshuffle kabinet khususnya pos ekonomi yang diumumkan Presiden pada hari ini cukup positif bagi ekonomi guna mengoptimalkan koordinasi kabinet guna mencapai RKP serta RPJMN 2015-2019. Nama-nama baru itupun disambut positif oleh pasar. Hal ini tercermin dari kondisi market pasca pengumuman reshuffle.
Jakarta Composite Index (JCI) sudah menguat lebih dari 1% dari penutupan kemarin ke level 5,279 sementara rupiah juga terapresiasi 0,25% menjadi Rp13,135 per dollar dari penutupan kemarin di kisaran Rp13,165 per dollar.
Sementara pasar obligasi juga menguat ditunjukkan dengan yield SUN yang turun sekitar 4-9 bps yang mengindikasikan inflow meningkat seiring ekspektasi reshuffle kabinet diharapkan dapat positif mendorong perekonomian.
Kendati demikian, menurut Josua ada beberapa isu ekonomi yang perlu segera direalisasikan dalam jangka pendek dan menengah oleh adalah menjaga ekspektasi investor dan masyarakat terkait ekspektasi pertumbuhan ekonomi serta implementasi paket-paket kebijakan yang sudah dikeluarkan sejauh ini yang belum berdampak cukup signifikan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
“Meskipun sebagian besar indikator makro cukup terkendali dimana GDP masih robust, inflasi semakin terkendali, dan external balance yang masih dalam level yang cukup sehat, namun faktanya di lapangan ketimpangan terus meningkat, isu middle income trap serta daya beli masyrakat khususnya di desa belum membaik, faktanya adalah rilis data upah riil buruh tani dan pekerja informal cenderung masih dalam tren menurun,” kata Josua pada Infobanknews.com, Rabu 27 Juli 2016.
Disamping itu yang cukup penting lagi adalah pertumbuhan ekonomi belum cukup berkualitas, ditandainya dengan rendahnya daya serap pertumbuhan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi menurun seiring pemerintah belum fokus utk mendorong industri, manufaktur serta industri padat karya lainnya. Kemudian selanjutnya lagi adalah bagaimana usaha pemerintah untuk mendorong optimalisasi penerimaan negara sehingga APBN jauh lebih sehat dan ujungnya efisiensi anggaran (khususnya belanja modal) dapat terhindarkan.
“Overall, menurut saya, assessment Presiden terhadap menteri-menteri yang diganti berdasarkan pula persepsi masyarakat terhadap kinerja menteri tersebut, terutama dengan kinerja menteri-menteri yang belum optimal. Respon pasar positif denga. pergantian menteri yang kurang optimal,” tambahnya.
Disamping itu, menteri-menteri di bidang ekonomi juga perlu berkoordinasi lebih cepat lagi dalam menjaga iklim investasi khususnya untuk mensukseskan kebijakan tax amnesty yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan panjang.(*)
Editor : Apriyani K