Jakarta – PT PLN (Persero) mencatatkan penurunan ESG risk rating sebesar 8 poin dari 38,5 pada tahun 2022 menjadi 30,3 di tahun 2023. Hal ini, berdasarkan hasil penilaian sustainalytics dan menjadi yang terendah pada sektor utilitas kelistrikan di kawasan ASEAN.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, capaian impresif ESG PLN ini berkaitan erat dengan komitmen perusahaan untuk menjalankan bisnis yang berkelanjutan.
Ini juga sejalan dengan upaya pemerintah melakukan transisi energi yang berkeadilan dalam mencapai Net Zero Emissions (NZE) di tahun 2060, serta untuk mewujudkan sustainable development goals.
“Kami bersyukur komitmen kuat PLN untuk mengaktualisasikan ESG mendapat penilaian apik, dengan ESG risk rating yang turun sebesar 8 poin dari tahun 2022. Tentu saja capaian ini tidak membuat kami berpuas diri, justru ini menjadi pemicu semangat seluruh insan PLN agar terus lebih baik lagi,” ujar Darmawan, dikutip Senin, 5 Februari 2024.
Baca juga: Kebut Implementasi Transisi Energi, Begini Upaya yang Dilakukan PLN dan Lintas Kementerian
Ia menjabarkan, beberapa kontributor utama penurunan risiko ESG PLN antara lain tata kelola risiko perubahan iklim, pelaporan emisi GRK (gas rumah kaca), program tata kelola air, pengembangan talenta, program keamanan siber (ISO 27001), hingga tax disclosure.
Untuk dekarbonisasi, PLN berhasil menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2023 sebanyak 9,7 juta ton CO2e dibandingkan Business As Usual.
Selain itu, PLN melalui Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara Karang Blok 3 mulai menjual Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE) pada Oktober 2023 dengan kuota perdagangan sebanyak 900 ribu ton CO2e dan menjadikannya sebagai trader terbesar di bursa karbon.
Sepanjang tahun 2023, PLN juga berhasil menambah pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) sebesar 296 Megawatt (MW).
Selain itu, PLN juga telah memanfaatkan 1 juta ton biomassa untuk co-firing PLTU batu bara yang berkontribusi pada penurunan emisi sebesar 1,05 juta ton CO2e.
Di tahun 2023, PLN juga terus membangun ekosistem kendaraan listrik dengan menyuplai listrik untuk 1.081 unit SPKLU. Sampai saat ini, SPKLU yang dioperasikan oleh PLN sendiri mencapai 624 unit yang tersebar pada 427 lokasi di seluruh Indonesia.
Sebagai bentuk transparansi PLN dalam manajemen risiko ESG, PLN telah merilis Task Force on Climate-related Financial Disclosure Report, ESG Performance Report, serta melakukan pengisian kuisioner CDP (Climate Disclosure Project) pada Climate Change dan Water Security.
PLN juga telah menerapkan mekanisme Risk Rating pembangkit dan gardu induk serta merilis kebijakan-kebijakan pada isu penting seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, pengadaan ramah lingkungan, kebijakan sosial untuk supplier dan kontraktor, kebijakan berperilaku saling menghargai di tempat kerja, dan lain-lain.
“Kami menegaskan bahwa PLN siap menjalankan tugas mulia, yaitu menyediakan ruang hidup yang lebih baik bagi generasi mendatang,” kata Darmawan.
Baca juga: PLN Terus Genjot Infrastruktur Kelistrikan, Kapasitas Listrik Nasional Sekarang jadi Segini
Darmawan mengungkapkan, PLN juga telah membentuk Komite Sustainability untuk terus meningkatkan kinerja ESG perusahaan. Komite ini akan berfokus pada akselerasi 3 workstreams utama penopang keberlanjutan yaitu ESG, Transisi Energi, dan Enablers.
Darmawan berkomitmen untuk melanjutkan berbagai upaya di atas untuk mencapai ESG rating risk PLN yang lebih baik. Targetnya, tahun 2024 ini ESG rating risk PLN bisa di bawah 30 atau masuk ke kategori medium.
”Kami menganggap ESG ini sangat serius untuk memastikan perusahaan bisa survive dan flourish. Dalam prosesnya, kita melakukan transformasi, karena PLN adalah perusahaan yang berorientasi pada masa depan,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama