Jakarta – Pasar keuangan tahun ini seperti roller coaster, perbedaan yang mencolok antara ekspektasi dan realitas terutama di negara maju menjadi penyebab utama volatilitas pasar keuangan global, yang juga berdampak pada pasar keuangan domestik.
Senior Portfolio Manager, Equity Caroline Rusli, CFA PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai, risiko terkait kesenjangan antara ekspektasi dan realitas pada 2024 akan lebih besar datang dari besarnya potensi penurunan Fed Funds Rate.
“Dot plot atau proyeksi suku bunga tahun 2024 yang dikeluarkan The Fed pada rapat FOMC bulan ini meski menunjukkan penurunan lebih dalam sebesar 75 basis poin dibandingkan proyeksi sebelumnya 50 basis poin,” katanya, dikutip Rabu (20/12).
Meski begitu, kata dia, potensi pemangkasan suku bunga tersebut tidak seagresif perkiraan pasar yang memperkirakan pemangkasan hingga 125 basis poin mulai bulan Maret.
Baca juga: Prediksi Nasib Ekonomi Indonesia, Ini Wejangan Founder Mayapada
Namun, narasi terkait prospek makro ekonomi negara maju di tahun 2024 yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang melambat dan inflasi yang lebih jinak mempunyai potensi besar untuk terjadi.
Hal ini karena dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang sudah restriktif, tabungan era pandemi yang sudah tergerus dan normalisasi belanja di sektor jasa.
Lantas, bagaimana prospek perekonomian domestik di tahun depan?
Ia menjelaskan, prospek perekonomian domestik masih baik di tengah potensi perlambatan ekonomi global, pertumbuhan PDB Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan tetap stabil didukung oleh potensi meningkatnya belanja kampanye menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) pada Februari dan Pilkada serentak di November.
“Pesta demokrasi diharapkan dapat membantu memulihkan daya beli masyarakat, khususnya masyarakat bawah, melalui pencairan subsidi sosial yang lebih masif,” jelasnya.
Menurutnya, dari sisi inflasi, berlalunya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi dan sinergi pengendalian inflasi yang baik antara Bank Indonesia dan Pemerintah baik pusat maupun daerah akan membuat inflasi tetap terkendali dan rendah.
Potensi peralihan kebijakan moneter global yang lebih akomodatif di tahun depan membuka peluang bagi Bank Indonesia untuk menjadi lebih akomodatif.
Terkait daya tarik saham di tahun 2024, pihaknya menjelaskan bahwa peralihan kebijakan moneter global ke arah yang lebih akomodatif pada tahun 2024 memberikan katalis positif yang dapat membuka peluang valuasi saham dihargai lebih tinggi.
Baca juga: OJK Targetkan Penghimpunan Dana di Pasar Modal 2024 Tembus Rp200 Triliun
Di mana, potensi pemangkasan suku bunga, stabilitas rupiah dan meningkatnya aktivitas perekonomian ditopang oleh distribusi belanja kampanye diharapkan menjadi katalis yang dapat mendorong pasar saham Indonesia menguat lebih lanjut.
Optimisme terhadap peningkatan aktivitas perekonomian pada tahun pemilu dan kondisi moneter yang lebih akomodatif diharapkan dapat memperbaiki konektivitas antara makro domestik yang baik dan aliran likuiditas ke pasar saham Indonesia.
“Pertumbuhan pendapatan perusahaan diperkirakan masih tumbuh dengan kecepatan yang relatif sehat pada tahun 2024,” pungkasnya.