Jakarta – Menteri BUMN, Erick Thohir membenarkan adanya pembicaraan soal merger atau penggabungan antara BTN Syariah dengan PT Bank Muamalat Tbk. Adapun merger tersebut diprediksi bakal rampung pada Maret 2024.
Erick mengungkapkan, bahwa Kementerian BUMN bersama Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dan Menteri Agama terkait sudah melakukan diskusi tentang merger BTN Syariah dan Bank Muamalat.
Menanggapi hal tersebut, Peneliti Lembaga ESED dan Praktisi Perbankan BUMN, Chandra Bagus Sulistyo mengatakan adanya proses penggabungan antara dua bank syariah tersebut akan semakin mewarnai bisnis perbankan syariah di Tanah Air.
Baca juga: Soal BTN Mau Akuisisi Muamalat, BPKH Tegaskan Hal Ini
Pasalnya, saat ini perbankan syariah hanya di dominasi oleh satu bank saja yakni PT Bank Syariah Indonesia (BSI), sehingga mereka menjadi kurang kompetitif dan inovatif dalam mengembangkan bisnis.
“Ini (merger) akan menjadi kompetitior yang luar biasa, menjadi penyeimbang dari BSI karena kompetisi di perbankan syariah itu kurang menarik, kurang kompetitif karena hanya satu bank besar, yang hal ini BSI yang menjadi jangkar utama. Sehingga BSI pun kurang berbenah ketika tidak ada kompetisi yang kompetitif,” ujar Chandra saati dihubungi Infobanknews, Rabu 20 Desember 2023.
Chandra pun memberi contoh, misalnya saja pada bank konvensional yang memiliki banyak pesaing, maka mereka selalu berbenah untuk keberlanjutan bisnisnya. Meskipun, target dari segmen konsumennya berbeda-beda.
“Misalnya kita lihat di konvensional ada BCA dari swasta, lalu ada BNI dengan bank internasional-nya dari Bank Mandiri dengan korporasi dan BRI dengan segmen UMKM, ini menjadi semangat kompetisi bagi mereka, meskipun segmennya berbeda tapi mereka akan selalu berbenah, baik dari sisi teknologi, kualitas produk, dan bagaimana customer centric itu dipenuhi oleh bank konvensional sehingga semangat kompetisi itulah yang menjadikan semakin inovatif dan kreatif,” ungkapnya.
Baca juga: Bos Bank Muamalat Bocorkan Update Listing di Bursa, Rampung Tahun Ini?
Di sisi lain, merger antara kedua bank ini tentu saja memiliki tantangan dalam menyatukan model bisnis agar mampu bersaing di industri. Chandra menyebutkan ada sejumlah tantangan antara lain, yakni penyatuan budaya dari BTN Syariah dan Bank Muamalat yang pasti berbeda.
Kemudian, Teknologi Informasi (TI) juga harus segera diintegrasikan. Terlebih dengan digitalisasi yang semakin masif dan dibutuhkan oleh nasabah.
“Digitalisasi menjadi sebuah poin utama nanti dalam proses integrasi IT antara BTN Syariah dan Bank Muamalat, ini kuncinya ketika integrasi bisa berjalan optimal sehingga proses digitalisasi mereka bisa berjalan, harapannya digitalisasi menjadi poin penting bagi kedua bank untuk memenuhi kebutuhan customer yang saat ini dibutuhkan,” paparnya.
Terakhir, organisasi yang perlu juga dibenahi agar semakin sederhana, sehingga semakin agile dalam perubahan dan pemenuhan bisnis yang akan membuat lebih kompetitif untuk menyaingi BSI. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra