Jakarta – Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menilai pasar Surat Berharga Negara (SBN) di Indonesia pada posisi relatif moderat. Hal ini tercermin dari yield SBN tenor 10 tahun naik 2,4 persen secara year to date (ytd).
Kepala Pusat Kebijakan Sektor BKF, Adi Budiarso mengatakan kenaikan sebesar 2,4 persen tersebut lebih baik, dibandingkan dengan perkembangan local currency di beberapa emerging market seperti, Filipina yang terkontraksi -3,9 persen, Brazil -5,3 persen dan India 0,4 persen.
Baca juga: Mau Investasi Obligasi, Baiknya Pilih Reksa Dana atau SBN?
“Pasar SBN di Indonesia ini masih cukup moderat, jadi kalau kita lihat dari yield SBN 10 tahun ini naik 2,4 pesen ytd, dibanding perekembangan local currency seperti Filipina ,Brazil, India,” ujar Adi dalam Webinar, Selasa 7 November 2023.
Selain itu, penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga turut memengaruhi kenaikan yield SBN dalam sebulan terakhir, disamping transmisi dari faktor global.
“Investor kelihatannya masih cukup menahan penempatan di SBN, sehingga likuiditas di pasar SBN cukup ketat, ini salah satunya dampak dari higer for longer di negara-negara maju,” jelasnya.
Baca juga: Instrumen Investasi SRBI Bakal jadi Saingan SBN? Begini Jawaban BI
Seperti diketahui, Hingga 17 Oktober 2023, lelang SRBI telah dilakukan sembilan kali dengan outstanding mencapai Rp113,70 triliun. Perkembangan tersebut juga diikuti dengan transaksi di pasar sekunder.
Selain itu, penerbitan SRBI juga mendukung masuknya aliran investasi portofolio asing seperti tecermin pada net beli SRBI oleh investor nonresiden sebesar Rp9,81 triliun. (*)