Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kondisi global semakin tidak pasti. Hal ini menyebabkan perkonomian dunia akan melemah di 2024 yang patut diwaspadai.
“Ini adalah gejolak dunia yang harus terus kita waspadai karena gejolaknya bertubi-tubi maka perekonomian dunia juga terpengaruh menjadi lebih lemah karena setiap kali mau pulih sesudah covid kemudian mengalami gejolak entah itu karena perang, entah itu karena kemudian harga komoditas,” kata Sri Mulyani dalam Luky dalam Rakor Pengendalian Inflasi, Senin 6 November 2023.
Baca juga: Ekonomi Indonesia Tumbuh Melambat 4,94 Persen di Triwulan III-2023
Gejolak tersebut datang dari Amerika Serikat (AS) yang kini berada dalam tekanan inflasi dan suku bunga yang tinggi. Ini menyebabkan capital outflow yang tersedot kembali ke negara maju, sehingga mata uang global mengalami depresiasi.
Kemudian China, sebagai penyumbang perekonomian kedua terbesar di dunia mengalami kecenderungan pelemahan ekonomi. Ini akan berpengaruh terhadap harga komoditas karena melemahnya demand.
“Untuk bapak-bapak dan ibu sekalian yang menghasilkan komoditas apakah itu CPO, komoditas batubara akan terasa sekali dinamika itu terasa setahun yang lalu versus sekarang,” ujarnya.
Lalu Eropa, ia menjelaskan negara itu mengalami pelemahan ekonomi dikarenakan harga minyak yang tinggi akibat perang Rusia dan Ukraina. Sekarang ditambah perang yang terjadi antara Hamas dengan Israel juga akan berpotensi melebar ke seluruh Timur Tengah.
Bahkan, kata Menkeu, IMF memproyeksikan bahwa perekonomian 2024 akan melemah atau lebih lemah dari tahun 2023. Sementara, dari sisi inflasi masih relatif tinggi di tahun 2024 untuk level dunia.
“Kalau inflasi masih tinggi maka prediksinya nilai tukar maupun suku bunga di AS menjadi relatif higher for longer, nah ini yang mempengaruhi banyak negara lain di dunia,” ungkapnya.
Baca juga: Sri Mulyani Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,1 Persen di Kuartal III 2023, Ini Penopangnya
Saat ini, tambah Sri Mulyani, banyak negara sudah merevisi pertumbuhan ekonominya. Untuk itu, pihaknya akan terus memantau kinerja perekonomian di daerah, tidak hanya inflasi melainkan juga harga komoditas.
“Yang mengalami gejolak ini yang harus kita waspadai karena pengaruhnya memang tidak hanya di daerah-daerah atau di negara maju, tapi ini mempengaruhi seluruh dunia,” pungkasnya.
Seperti diketahui, IMF merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi global di 2024 menjadi 2,9 persen. Sebelumnya, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global di tahun depan sebesar 3 persen. (*)
Editor: Galih Pratama