Sepak Terjang Mahmoud Abbas, Presiden Palestina yang Berkuasa 18 Tahun

Sepak Terjang Mahmoud Abbas, Presiden Palestina yang Berkuasa 18 Tahun

Jakarta – Saat ini, Palestina dipimpin oleh Mahmoud Abbas. Pria yang dikenal juga dengan nama Abu Mazen ini kurang lebih telah 18 tahun menjadi presiden Palestina.

Pada awal 2005, tepatnya pada pemilihan pemilihan presiden (Pilpres) Palestina, Abbas dicalonkan Partai Fatah dan tepilih menjadi presiden Palestina hingga saat ini. Lantas, bagaimana sepak terjang Abbas sebelum menjadi presiden Palestina?

Merangkum berbagai sumber, Mahmoud Abbas lahir di Safed pada 1935. Dalam perjalanan hidupnya, dia diketahui pernah tinggal di pengungsian seperti Suriah, Qatar, Yordania, Tunisia, hingga Lebanon.

Abbas dikenal sebagai sosok moderat yang banyak terlibat dalam proses perdamaian di wilayah Palestina. Meski pernah menjadi pengungsi, dia sempat menempuh pendidikan tinggi dan mendapat gelar jurusan hukum dari Universitas Damaskus.

Baca juga: Putin Sebut Israel Rampas Paksa Tanah Palestina

Setelah merampungkan pendidikan di Suriah, Abbas kemudian hijrah ke Rusia. Dia mengambil pendidikan lanjutan di Universitas Patrice Lumumba di Moskwa. Abbas lulus dengan gelar Candidate of Sciences, atau setara dengan PhD.

Pada 1950-an, Abbas mulai berkenalan dengan kelompok pergerakan bawah tanah Palestina. Dia juga bergabung dengan orang-orang Palestina yang diusir di Qatar. Namun dia juga dipercaya menjadi pejabat di Layanan Sipil Qatar sebagai direktur personel.

Karier Politik Mahmoud Abbas

Pada akhir 1950-an, dia mulai berkenalan dengan Yasser Arafat. Bersama Arafat dan pejuang lainnya, dia mendirikan mendirikan Fatah, yakni wadah pergerakan Palestina dalam merebut kebebasannya.

Dalam pergerakan tersebut, Abbas turut memberikan sumbangsih pemikirannya demi bangsa dan negara. Abbas bisa dibilang cukup aktif menjabat banyak posisi penting di Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Dia pernah menjadi kepala hubungan nasional dan internasional PLO serta menjalankan peran keamanan sekitar tahun 1970-an. Saat bekerja, Abbas dikenal sebagai sosok intelektual dan pragmatis.

Sejak 1983, Abbas menjadi anggota komite eksekutif PLO sekaligus memimpin komite nasional dan internasional yang berkonsentrasi pada urusan organisasi non-pemerintah. Dia memulai kembali perundingan rahasia dengan pejabat Israel pada tahun 1989 lewat perantara Belanda.

Awal 1990-an, Abbas kembali mengupayakan jalan dialog dengan membentuk strategi negosiasi Palestina di konferensi perdamaian di Madrid, Spanyol. Dari situ, kemudian digelar pertemuan rahasia dengan Israel di Norwegia, yang melahirkan Oslo Accord pada 1993.

Lewat kesepakatan itu, Israel dan Palestina telah saling memperluas pengakuan satu sama lain. Kala itu, Israel menyerahkan pemerintahan di Tepi Barat dan Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina.

Sekitar 2003, Yasser Arafat yang menjadi pemimpin Palestina menunjuk Abbas sebagai Perdana Menteri. Namun, dia mengundurkan diri dari jabatannya karena mendapat banyak tekanan dari pihak luar.

Selang tahun tahun kemudian, Yasser Arafat meninggal dunia. Kabar duka ini secara tidak langsung membuka peluang Mahmoud Abbas sebagai penerusnya. Alhasil, Abbas pun terpilih secara aklamasi sebagai Ketua PLO pada penghujung 2004.

Baca juga: Beda Sikap dengan di Israel, McDonald’s Timur Sumbang Palestina Rp8,87 M

Tak lama berselang, dia dicalonkan sebagai bakal calon presiden (bacapres) Palestina tahun 2005. Abbas berhasil memenangkan pemilihan presin. Meski awalnya dipilih untuk masa jabatan selama kurang lebih empat tahun, namun posisinya ini bertahan lebih lama karena berbagai alasan.

Sepanjang jadi presiden Palestina, tak jarang Abbas mendapat banyak kritik pedas. Salah satu yang terkait kepemimpinannya yang dianggap tidak mampu membawa kemajuan bagi perdamaian Palestina-Israel.

Kubu Presiden Palestina Mohammad Abbas juga bersitegang dengan kelompok lain yang ada di Palestina, termasuk Hamas. Sampai saat ini, Mahmoud Abbas masih menjabat presiden Palestina dan telah memasuki tahun ke-18 masa jabatannya. (*)


Related Posts

News Update

Top News