Jakarta – Bank Indonesia (BI) terus mendorong perluasan dan penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT) antarnegara dalam perdagangan, investasi, pasar keuangan, dan perbankan, serta transaksi pembayaran antarnegara.
BI pun berkesempatan memperkuat jalinan kemitraan ekonomi Indonesia dan Tiongkok melalui kampanye LCT transaksi dengan menggunakan mata uang lokal. Mekanisme LCT ini diyakini akan mendorong kerja sama investasi dan perdagangan kedua negara.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan lima alasan untuk berinvestasi di Indonesia, yakni fondasi makroekonomi yang stabil, pertumbuhan yang tinggi, berlanjutnya reformasi struktural dan hilirisasi sumber daya alam, digitalisasi ekonomi dan keuangan yang terakselerasi, dan pengembangan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.
Baca juga: BI Catat Transaksi Penggunaan Mata Uang Lokal Tembus USD3,7 Miliar
“Hal ini didukung pasar dan konsumsi domestik yang luas, meluasnya sektor jasa dan meningkatnya ekonomi penduduk generasi milenial. Sebagai mitra dagang terbesar, kontributor investasi asing langsung kedua tertinggi, dan tiga besar sumber turis tertinggi Indonesia, Tiongkok perlu terus memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia,” kata Perry dalam keterangan resmi, Kamis 28 September 2023.
Lebih lanjut Gubernur Perry memaparkan baiknya performa makroekonomi Indonesia yang mencatat inflasi yang rendah dan diproyeksikan akan terus menurun, nilai tukar rupiah yang stabil, defisit fiskal yang terus mengecil serta meningkatnya pembiayaan perbankan.
“Indonesia stabil secara makroekonomi, moneter, dan stabilitas keuangan. Hal ini penting karena tidak ada investasi dan prospek bisnis apabila suatu negara tidak stabil,” pungkas Perry.
Selain dengan Tiongkok, kerja sama LCT juga sudah diimplementasikan antara Indonesia dengan sejumlah negara di kawasan, yaitu Malaysia, Thailand, dan Jepang. Sementara itu, dengan Singapura dan Korea Selatan telah diperoleh kesepakatan bersama untuk membangun kerangka implementasi kerja sama LCT dengan Indonesia.
LCT sebagai mekanisme transaksi bilateral antara pelaku dengan mitra menggunakan mata uang setempat dalam bertransaksi, dalam hal ini Yuan (CNY) maupun Rupiah (Rp). Dengan kata lain transaksi LCT dapat menurunkan dependensi terhadap mata uang asing lainnya.
Saat ini LCT Indonesia Tiongkok yang inisiasinya telah dimulai sejak tahun 2017 telah melibatkan 16 bank di Indonesia dan 8 bank di Tiongkok. Kinerja LCT Indonesia-Tiongkok 2 tahun terakhir menunjukkan perkembangan positif baik dari segi volume maupun jumlah pengguna. Gubernur BI pun mendorong komitmen pimpinan bank dan pelaku usaha untuk meningkatkan utilisasi LCT ke depan.
Di kesempatan yang sama, terdapat kurasi proyek clean and clear (CnC) Indonesia yang ditawarkan bagi investor Tiongkok. Terdapat 4 fokus sektor yang diminati investor Tiongkok yaitu energi terbarukan, proyek di kawasan IKN, infrastruktur transportasi dan industri kendaraan listrik.
Berdasarkan hasil kurasi sejumlah pihak termasuk Bank Indonesia, terdapat 16 proyek terpilih dari seluruh Indonesia di antaranya proyek energi panas bumi, pengolahan limbah, pabrik karet, pengembangan komoditas kakao, proyek jalan tol, monorel, smelter hingga industri mesin elektrik untuk kendaraan listrik.
“Harapannya, kegiatan promosi investasi ini seara konkrit akan mewujudkan kemitraan yang saling menguntungkan antar dua negara,” ujar Perry.
Selain itu, BI dan People’s Bank of China (PBOC)/Bank Sentral Tiongkok menyepakati kerja sama di area kebanksentralan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo, dan Gubernur People’s Bank of China, Pan Gongsheng (27/9).
Kerja sama ini meliputi kebijakan moneter, kebijakan makroprudensial, stabilitas keuangan dan sistem pembayaran, termasuk inovasi digital dalam sistem dan jasa pembayaran, kerangka pengaturan dan pengawasan dalam konteks anti pencucian uang/pemberantasan pendanaan terorisme, serta bidang lain yang disepakati.
Baca juga: Transaksi Penggunaan Mata Uang Lokal Tembus USD3,2 Miliar, Negara Tetangga Mendominasi
“Implementasi kerja sama akan dilaksanakan melalui dialog kebijakan, kerja sama teknis, pertukaran data/informasi, dan proyek bersama,” jelasnya.
Lebih lanjut, pada kesempatan tersebut, BI juga melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (NK) dengan pihak Tsinghua University untuk kerja sama pembelajaran dan riset.
NK tersebut akan mewujudkan kolaborasi dalam program pendidikan formal dan program capacity building, kerja sama riset pada bidang ekonomi dan area lain yang relevan, pertukaran resource person (fakulti dan expert), kerjasama dalam penyelenggaraan seminar dan pertemuan akademik, dan pertukaran materi pembelajaran, riset, publikasi dan informasi akademik. (*)
Editor: Galih Pratama