Jakarta – Pemilu 2024 sudah di depan mata. Sama seperti pemilu-pemilu sebelumnya, pesta demokrasi lima tahunan esok diprediksi bakal berlangsung meriah. Apalagi, dengan adanya dua capres pendatang baru yang berpotensi maju di Pilpres 2024.
Pesta demokrasi lima tahunan ini sudah sejak lama meramaikan atmosfer politik Tanah Air. Indonesia terhitung telah menyelenggarakan pemilu sebanyak 5 kali sejak dilakukan pertama kali pada 1999. Namun, pemilihan umum atau pemilu ternyata tak hanya membawa keceriaan pada kondisi perpolitikan Indonesia. Pemilu 2024 juga membawa nuansa positif bagi kondisi perekonomian Tanah Air.
Baca juga: Tahun Pemilu 2024, Iklim Investasi Dinilai Tetap Positif
Dikutip dari Syailendra Market Insight yang dirilis 25 Juli 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung menguat pada beberapa bulan sebelum pemilu berlangsung hingga hari H pemilu. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh bergeliatnya sektor konsumsi saat pemilu tiba.
“Ini disebabkan oleh total dana yang dikeluarkan untuk melangsungkan pemilu lebih besar dibandingkan biasanya. Angka konsumsi masih menjadi penopang utama dari ekonomi Indonesia, sehingga ketika terjadi lonjakan angka konsumsi maka ekonomi Indonesia secara keseluruhan akan ikut terkerek, yang kemudian turut berimbas pada kelas aset saham,” tulis laporan Syailendra Market Insight, dikutip Jumat, 28 Juli 2023.
Angka konsumsi domestik yang meningkat bakal menjadi katalis positif untuk pergerakan pasar saham menjelang musim pemilu di tahun 2024. Preferensi para investor untuk berinvestasi di obligasi pun diprediksi akan berpindah ke kelas aset saham.
“Selama tahun 2023 memang IHSG masih bergerak sideways dikarenakan tipisnya volume transaksi selama ini dan risk appetite dari pelaku pasar yang masih berfokus pada kelas aset obligasi. Namun menjelang pemilu, seharusnya kondisi akan berubah mengikuti perkembangan angka konsumsi yang diperkirakan akan meningkat,” tulis laporan itu.
Baca juga: Kondisi Makroekonomi Membaik, Obligasi dan Saham Bisa jadi Pilihan Investasi
Berdasarkan data yang ditunjukkan Syailendra Market Insight, IHSG terpantau menguat pada musim pemilu. Misalnya, saat Pemilu 2019 dimana kenaikan IHSG bisa mencapai 10% lebih pada dua bulan sebelum pemilu berlangsung. Begitupun saat musim Pemilu 2014 dimana kenaikan IHSG mencapai hampir 20%.
Sedangkan saat musim Pemilu 2009 dan 2004, kenaikan IHSG tertinggi masing-masing mencapai 80% dan 60% lebih. Sementara itu, ketika musim Pemilu 1999, kenaikan IHSG tertinggi tercatat mencapai hampir 90%.
“Berdasarkan estimasi UBS, terdapat potensi perputaran dana berkisar IDR170 triliun dihitung dari 5 macam pemilu yang akan dilangsungkan. Hal ini akan berpengaruh kepada pertumbuhan angka konsumsi di Indonesia yang biasanya memang mengalami peningkatan pada 2 kuartal sebelum pemilu berlangsung,” tambah laporan itu. (*) Steven Widjaja