Jakarta – Sistem pendidikan Indonesia mendapatkan krititan dari bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Mantan gubernur DKI Jakarta ini, menilai bahwa pendidikan Indonesia terlalu sering mengotak atik buku pelajaran hingga kurikulum di sekolah.
Sejatinya, menurut Anies, yang harus diperbaiki dari sistem pendidikan di Indonesia adalah gurunya. Dia mencontohnya banyak siswa yang mencintai suatu mata pelajaran bukan karena buku pelajarannya, melainkan guru yang mengajarnya.
“Yang kita sering otak-atik itu bukunya, kurikulumnya. Proyek, proyek, proyek. Padahal setiap ditanya, ‘suka pelajaran kenapa?’ guru. Ada enggak yang suka pelajaran karena bukunya? Jarang sekali,” ujar Anies dikutip Sabtu, 15 Juli 2023.
Baca juga: Biaya Pendidikan Anak Kian Mahal, Ini yang Harus Disiapkan Orang Tua
Anies menjelaskan, seharusnya pemerintah berfokus kepada kualitas guru dan kepala sekolahnya. Oleh karenanya, kata Anies, pemeritah harus menghadirkan guru-guru yang menyenangkan supaya para siswa bisa belajar dengan baik.
“Kalau ada anak-anak datang ke sekolah itu dengan berat hati, berada di sekolah berat, pulang sekolah senang hati, itu bermasalah. Tapi kalau datang dengan senang hati, di sekolah senang hati, pulang berat hati, itu bagus sekolahnya,” kata Anies.
Masih menurut mantan menteri pendidikan ini, kualitas guru sangat menentukan berhasil atau tidaknya sistem pendidikan. Di satu sisi, sebuah sekolah atau universitas harus juga dipimpin oleh kepala sekolah atau rektor yang berkualitas.
“Negara-negara yang pendidikannya maju hampir selalu kualitas gurunya baik,” ucapnya.
Anies juga menyoroti soal upaya guru di Indonesia. Menurutnya, untuk menghasilkan guru yang berkualitas perlu mendapatkan upah yang layak. Jika kekurangan, guru dipastikan akan tidak fokus mengajar, karena mencari penghasilan lain.
“Kalau pendapatan dia hanya bisa untuk hidup 15 hari, ya 15 hari kemudian dia kesulitan. Jadi pendapatan dia harus cukup. Kesejahteraan guru harus baik. Sehingga dia bisa fokus pada ngajar. Kalau enggak, ngajar sambil les. Yang enggak ikut les nilainya jelek. Jadi siklus yang bermasalah,” imbuh Anies.
Sejarah Penerapan Kurikulum Pendidikan di Indonesia
Sistem pendidikan Indonesia sendiri memang selalu bertranformasi sesuai dengan dengan kebutuhan pelajar di zamannya masing-masing. Melansir kemdikbud.go.id, berikut kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia :
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004
Kurikulum 2004 atau lebih dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) adalah perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
KBK mempunyai ciri-ciri yang menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Lalu pada kegiatan belajar menggunakan pendekatan metode bervariasi. Sumber belajar bukan hanya dari guru, melainkan juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
Kurikulum ini tidak banyak yang berbeda dari Kurikulum 2004, mulai dari tinjauan dari segi isi, proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi.
Perbedaan dengan kurikulum 2004 terlihat pada kewenangan dalam penyusunanya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan Indonesia.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya.
Kurikulum 2013 (K-13)
Kurikulum 2013 merupakan pengganti dari Kurikulum 2006 (KTSP). Pada Kurikulum 2013 ini memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap perilaku.
Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn dan beberapa materi lain, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.
Pada Kurikulum ini guru diharapkan dapat mendorong siswa untuk melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan apa yang telah siswa pahami setelah menerima materi pembelajaran.
Kemudian untuk siswanya sendiri, diharapkan dapat memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar, kemampuan interpersonal, antar-personal, dan memiliki kemampuan berpikir kritis.
Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka diluncurkan Mendikburistek pada Februari 2022. Ini sebagai salah satu program Merdeka Belajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kurikulum Merdeka berfokus pada materi yang esensial dan pada pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila.
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat sesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Proyek untuk menguatkan pencapaian Profil Pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh Kemendikbudristek. Proyek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.
Sekolah yang melaksanakan Kurikulum Merdeka akan melalui beberapa tahapan implementasi, yaitu tahap Mandiri Belajar, kemudian Mandiri Berubah, lalu terakhir Mandiri Berbagi.
Perubahan kurikulum secara nasional baru akan terjadi pada 2024. Ketika itu, Kurikulum Merdeka sudah melalui iterasi perbaikan selama tiga tahun di beragam sekolah/madrasah dan daerah. (*)