Jakarta – Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Haryanto T. Budiman menekankan bahwa masih banyak tantangan yang akan dihadapi oleh industri perbankan di Indonesia, di tengah kondisi perekonomian global masih penuh dengan ketidakpastian dan kemajuan tekonologi yang semakin masif.
Dia menuturkan, seperti suku bunga acuan yang tinggi di Amerika Serikat (AS), di mana masih belum ada tanda-tanda akan diturunkan dalam waktu dekat dikarenakan inflasi di negara tersebut masih cukup tinggi.
“Para ekonom masih terpecah pada pandangannya, apakah AS akan mengalami resesi tahun ini, mengingat resiliensi ekonomi di negara tersebut. Serta banyak pakar, analis, dan praktisi mengatakan bahwa kemungkinan masih ada 1 sampai 2 kali lagi kenaikan suku bunga di tahun ini dan penurunan suku bunga di AS kemungkinan baru akan terjadi di pertengahan tahun 2024,” ungkap Haryanto dalam Rapat Umum Anggota IBI 2023, Selasa 4 Juli 2023.
Baca juga: Bos OJK: Di Tengah Ketidakpastian Global, Industri Keuangan RI Masih Aman
Lebih lanjut, pemulihan ekonomi di China pasca pembukaan lockdown tidak sesuai dengan prediksi para ekonom dan analis yang menyebutkan bahwa akan berlangsung dengan cepat. Namun, kenyataannya tidak sesuai harapan, masih banyak tantangan struktural seperti lesunya sektor properti yang berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi China sebesar 25% – 30%.
“Demographic shapes yang sulit diubah dalam waktu singkat, kemudian juga ada boomerang effect dari pengetatan di sektor e-commerce, sektor gaming, dan juga fintech di Tiongkok sehingga angka pengangguran di kaum muda yang dikenal sebagai youth unemployment di Tiongkok masih sangat tinggi di kisaran 20%. Oleh sebab itu, pemerintah Tiongkok kembali melakukan stimulus fiskal dan moneter,” jelasnya.
Selain itu, kondisi geopolitik yang masih mengkhawatirkan, perang anatra Rusia dan Ukraina masih belum ada tanda-tanda akan mereda, bahkan ada komplikasi baru dengan adanya konflik internal di Moscow beberapa minggu yang lalu.
Tantangan lainnya, tambah Haryanto, adanya berbagai inovasi di bidang teknologi termasuk generatif AI (Artificial Intelligence) akan berdampak terhadap bisnis jasa keuangan ke depannya.
“Demikian juga dorongan yang semakin kuat dari para stakeholders dan investor terkait implementasi ESG yang akan berdampak pada bisnis kita,” katanya.
Baca juga: Bos OJK Soroti Dividen Pay Out Perbankan yang Terlalu Besar
Di tengah disrupsi yang terjadi profesi bankir ke depannya akan semakin kompleks, selain wajib memiliki kompetensi di bidang risk management, sales dan marketing dan keuangan, para bankir juga harus memahami perkembangan terkini di sektor-sektor lain seperti, teknologi dan ESG serta dampaknya terhadap sektor jasa keuangan dan profesi bankir.
“Sebagai organisasi profesi bankir di Indonesia, IBI harus berperan aktif dalam mempersiapkan pimpinan perbankan ke depannya, kami berharap bahwa dalam kepengurusan IBI selanjutanya partisipasi dari bankir muda akan lebih banyak lagi sehingga proses dapat berjalan dengan lebih baik,” tutur Haryanto. (*)
Editor: Galih Pratama