Jakarta – Komunitas masyarakat keuangan, perbankan, BUMN, akademisi, hingga anggota DPR dan jurnalis senior menyajikan Pagelaran Ketoprak Jurnalis di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Jakarta, Jumat (30/6), pukul 19.00 – 21.00 WIB. Pagelaran Ketoprak Jurnalis yang disutradari oleh Aries Mukadi ini membawakan lakon “Ratu Kalinyamat: Tahta, Darah, dan Cinta”.
Pagelaran Ketoprak Jurnalis dengan lakon “Ratu Kalinyamat: Tahta, Darah, dan Cinta” ini mengandung makna mendalam di tengah masuknya tahun politik menjelang Pilpres 2024.
“Kami berharap prosesi Pilpres 2024 bisa berlangsung dengan aman, damai, jujur, dan adil. Jangan sampai berdarah-darah untuk berebut tahta,” ujar Eko B. Supriyanto, Produser Eksekutif Pagelaran Ketoprak Jurnalis “Ratu Kalinyamat: Tahta, Darah, dan Cinta”, kepada awak media, Jumat, 30 Juni 2023.
Pagelaran Ketoprak Jurnalis kali ini selain menghadirkan bintang tamu pelawak Srimulat, Tessy dan Polo, juga dimainkan oleh para profesional keuangan nasional, baik dari industri perbankan, asuransi, multifinance, BUMN, akademisi, dan bahkan dari kalangan DPR serta Stafsus Presiden RI.
Mereka antara lain, Meliza M. Rusli, Dirut PermataBank, yang berperan sebagai Ratu Kalinyamat; Prof Dr. M Edhie Purnawan, Ketua Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI), yang membawakan peran Pangeran Arya Penangsang; Haryanto T Budiman, Direktur BCA, yang berperan sebagai Pangeran Sutawijaya; Antonius Widodo, Direktur BCA, yang berperan sebagai Pangeran Adiwijaya; Rudiantara, Komut Semen Indonesia (SIG), yang berperan sebagai Pangeran Adipati Kaduruwan; Fathan Subchi, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, yang berperan sebagai Pangeran Arya Jepara; dan Arif Budimanta (Stafsus Presiden RI) sebagai Pangeran Panggiri.
Turut bermain juga Donny Arsal (Dirut SIG), Chaterine Hadiman (HSBC), Anika Faisal (Bank Jago), Aviliani (Allo Bank), Lisawati (Bank Ganesha), Babay Parid (Bank Sumut), Rokidi (Bank Kalbar), Wani Sabu (BCA), Juanita A Luthan (NobuBank), dan Rivan A. Purwantono (Jasa Raharja).
Lalu, Krisna Widjaja (Jamkrindo), Lies Permana (Transjakarta), Evi Aviatin Ismail (Kawasan Industri Terpadu Batang), Nimmi Zulbainarni (IPB), Achmad Fajar (ITDC), Apri Susanti (Rintis Sejahtera), Benny Purnomo (InaRe), Budi Nur (LSP), dan Rijanto Witjaksono (Fibrasi).
Sedangkan dari kalangan jurnalis senior ada Budi Setyarso (Tempo), Eko B. Supriyanto dan Karnoto Mohamad (Infobank), Maria Y. Benyamin (Bisnis Indonesia), Arifin Arsyad (Kumparan), Muchlison (Gatra), Djaka Susila (Investor), Andreas Maryoto (Kompas), Ardhian Taufik Gesuri (Kontan), Hatim Farabi (IDXChannel), dan Darto Wiryosukarto (The Asian Post).
“Selain untuk hiburan, Pagelaran Ketoprak Jurnalis ini juga menjadi ajang networking dan silaturahmi sesama pelaku jasa keuangan, direksi BUMN, asosiasi, akademisi, dan jurnalis senior, serta pemain asli Wayang Orang Bharata dan pemain ketoprak Adhi Budaya,” jelas Eko B. Supriyanto, yang juga Chairman Infobank Media Group itu.
Pagelaran Ketoprak Jurnalis ini juga merupakan sarana sosial untuk melestarikan kebudayaan tradisional ketoprak, mendukung para praktisi kesenian tradisional, serta untuk menggalang dana pendidikan bagi anak kurang mampu di bawah Yayasan Anak Asuh Kita. “Seluruh hasil penjualan tiket akan disumbangkan ke Yayasan Anak Asuh Kita,” tambah Eko.
Untuk itu, Eko memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para eksekutif industri keuangan, perbankan, BUMN, DPR, asosiasi, akademisi, dan para jurnalis senior yang turut mendukung pagelaran ketoprak jurnalis ini. Di tengah kesibukan sebagai profesional, mereka masih memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian kesenian tradisional Indonesia. “Semoga pagelaran ini dapat menjadi lilin penerang bagi kesenian tradisi yang sudah lama redup,” harap Eko.
SINOPSIS: DINASTI BERLUMUR DARAH
Lakon “Ratu Kalinyamat: Tahta, Darah, & Cinta” diangkat dari sejarah kisah kepemimpinan Adipati Jepara Ratu Kalinyamat (1520-1579). Ratu Kalinyamat yang bernama asli Retna Kencana adalah putri Raja Demak Sultan Trenggana (1521-1546) dan cucu Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak.
Kisah diawali dengan rencana Ratu Kalinyamat untuk mengirimkan bantuan 40 kapal dengan 5.000 pasukan dari Jepara, Cirebon, Banten, dan Ambon ke Malaka yang dikuasai penjajah Portugis. Namun, di saat itu juga, dia sedang menghadapi serangan Adipati Jipang Arya Penangsang.
Arya Penangsang merasa berhak menjadi Raja Demak setelah wafatnya Sultan Trenggana. Sebab, Sultan Trenggana menjadi Raja Demak setelah ayahnya, Sunan Prawata, membunuh kakaknya, Pangeran Sekar Seda Lepen, yang tak lain adalah ayahnya Arya Penangsang. Dalam perebutan tahta Demak itu, suami Ratu Kalinyamat, Pangeran Hadirin, turut tewas di tangan orang Arya Penangsang.
Maka dari itu, Ratu Kalinyamat memerintahkan Adipati Pajang Sutan Adiwijaya untuk menghadapi serangan Arya Penangsang. Jika berhasil membunuh Arya Penangsang, Ratu Kalinyamat berjanji akan menyerahkan Kerajaan Demak kepada Adiwijaya. Saking dendamnya, Ratu Kalinyamat bahkan sampai melakukan ritual Tapa Wudo, bertapa dengan melepaskan seluruh pakaian kerajaan, dan bersumpah belum menghentikan ritualnya itu hingga berkeramas dengan darah Arya Penangsang dan menjadikan kepalanya sebagai injakan kakinya.
Setelah melalui pertempuran sengit, Adiwijaya berhasil membunuh Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat pun memenuhi janjinya. Setelah berkeramas dengan darah Arya Penangsang dan menjadikan kepalanya sebagai keset, dia menyerahkan tampuk Kerajaan Demak ke Adiwijaya yang kemudian memindahkan pusat kekuasaannya di Pajang. (*)