Menkeu Waspadai Pelemahan Ekonomi Global Akibat Suku Bunga Tinggi

Menkeu Waspadai Pelemahan Ekonomi Global Akibat Suku Bunga Tinggi

Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengimbau untuk mewaspadai situasi global di negara-negara maju pada semester II 2023, yang diperkirakan akan mengalami pelemahan ekonomi akibat kenaikan suku bunga acuan yang agresif dalam memerangi inflasi.

“Jadi kita perlu mewaspadai dari situasi global di semester kedua di negara-negara maju akibat kenaikan suku bunga yang melonjak tinggi, maka kemudian pertumbuhan ekonomi mereka menjadi melemah,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Senin 26 Juni 2023.

Menurutnya, harga pangan yang masih mengalami gejolak dan ketidakpastian menimbulkan dampak terhadap pemulihan dan pelemahan ekonomi dunia. Di satu sisi, lonjakan harga pangan juga menyebabkan inflasi semakin tinggi.

“Namun, disisi lain juga kemudian menimbulkan pelemahan ekonomi baik di negara-negara maju maupun negara berkembang,” ungkapnya.

Menkeu menambahkan, inflasi merupakan salah satu dampak dari munculnya ketidakpastian, disrupsi, perang geopolitik, maupun komoditas yang mengalami lonjakan dan volatilitas. Dimana inflasi masih pada level yang tinggi meskipun ada tren penurunan. 

“Inilah yang menggambarkan pergulatan kebijakan, terutama di sisi moneter di negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa di dalam memerangi inflasi yang jauh lebih tinggi diatas batas yang dianggap sebagai target policy mereka,” pungkasnya.

Sri Mulyani mencontohkan, seperti kenaikan suku bunga di Eropa dimana kenaikan suku bunga masih di bawah tingkat inflasi di zona Eropa, yaitu suku bunga acuan di level 3,75% dengan inflasi 6,1%. Namun, hal ini sudah menimbulkan dampak terhadap kemungkinan pelemahan ekonomi.

“Di negara emerging country kita lihat juga di Amerika Latin, Brazil, Mexico melonjak suku bunga yang sangat tinggi memang bisa menjinakkan inflasi namun juga ini memukul perekonomian mereka,” jelasnya.

Sementara itu, dari domestik, inflasi di Indonesia masih dalam posisi yang trennya sesuai dengan proyeksi, yaitu penurunan terutama disumbangkan oleh inflasi volatile food yang mengalami penurunan cukup tajam sebesar 3,3% dan inflasi inti  ke 2,7%.

“Di sisi lain inflasi administered price kita harapkan akan terus menunjukkan tren penurunan yang akan makin menurun tajam menjelang bulan September. Karena tahun lalu kita menaikkan BBM pada bulan Agustus – September,” terangnya. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Related Posts

News Update

Top News