Kekayaan Bankir Naik, Siapa Paling Tajir?

Kekayaan Bankir Naik, Siapa Paling Tajir?

Oleh Karnoto Mohamad, Wakil Pemimpin Redaksi Infobank

KINERJA industri perbankan tak ada matinya. Setelah labanya anjlok 34,86% menjadi Rp100,26 triliun pada 2020, laba perbankan pada 2021 cepat terbang kembali dengan mencatat pertumbuhan 34,44% menjadi 144,56 triliun. Pada 2022, laba perbankan diperkirakan akan kembali terbang tinggi. Empat bank pelat merah sudah mencetak kenaikan laba hingga 81,10% menjadi sekitar Rp85,99 triliun per September 2022. Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencatat laba paling gendut yaitu sebesar Rp39,31 triliun atau meroket 106%. Sedangkan Bank Central Asia (BCA) yang merupakan bank swasta terbesar meraih pertumbuhan laba 24,80% menjadi Rp29 triliun.

Hebatnya, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global akibat gelombang pandemi COVID-19 yang kini berlanjut dengan ancaman resesi global dan rontoknya saham-saham teknologi, harga saham bank-bank konvesional papan atas di Indonesia terus merangkak. Kapitalisasi pasar BCA sudah melewati Rp1.000 triliun sejak September 2022, dan makin memperkokoh posisinya sebagai emiten dengan market capitalization (marketcap) terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara mengalahkan DBS yang bermarkas di Singapura.

Maka tak heran jika gaji para bankir bank-bank papan atas kian bikin ngiler. Penghasilan mereka banyak yang melewati angka Rp1 miliar dalam sebulan. Bahkan, jika ditambah dengan total remunerasi lain seperti bonus, tunjangan, fasilitas, dan tantiem yang diterima setiap tahunnya, maka sejumlah direksi bank papan bisa menerima cuan Rp3 miliar per bulan. Dengan penghasilan yang begitu wah, wajar jika pundi-pundi kekayaan para bankir makin besar.

Menurut Biro Riset Infobank (BirI), dari daftar 30 bankir terkaya dari kepemilikan saham, 10 atau seperti tiganya diisi oleh direksi dan komisaris dari BCA. Bankir-bankir BCA makin tajir melintir karena makin mahalnya harga saham bank berkode BBCA yang pada 25 November menembus Rp8.975 per lembar saham, meningkat lebih dua kali lipat dari penutupan akhir 2017 yang seharga Rp4.380. Posisi nomor satu diduduki oleh Djohan Emir Setijoso, bankir rendah hati yang menduduki kursi dirut BCA pada 1999 dan sejak 2011 menjadi komisaris utama.

Pengusaha kondang yang menduduki kursi Komisaris Utama Bank Mayapada yaitu Dato’ Sri Prof DR Tahir tercatat memiliki saham secara langsung 567.274.105 lembar banknya senilai Rp334,692 miliar. Namun, Tahir juga menguasai saham Bank Mayapada melalui Mayapada Karunia Corporation dengan 3.537.084.600 lembar atau 29,89%. Artinya, kekayaan Tahir di Bank Mayapada yang harga sahamnya Rp620 per lembar sesungguhnya mencapai Rp2,08 triliun, atau jauh melampaui Setijoso yang tercatat sebagai komisaris bank terkaya dari kepemilikan saham. Lagipula, Tahir merupakan salah satu dari crazy rich di Indonesia dengan total kekayaan US$4,3 miliar. Dengan kurs Rp15.688 per US$, kekayaan Tahir setara dengan Rp67,45 triliun, yang tidak hanya bersumber dari bank, tapi dari lini bisnis lain seperti kesehatan hingga properti.

Kekayaan Tahir mengalahkan harta sang mertua, Mochtar Riady, bankir senior sekaligus pendiri LippoGroup, yang memiliki harta karun US$1,5 miliar. Di sektor perbankan, Mochtar Riady kini menguasai saham Bank Nobu melalui beberapa perusahaan seperti Matahari Departement Store dan Kharisma Buana Nusantara. Hanya saja, Bank Nobu yang marketcap-nya hanya Rp2,73 triliun itu hanya sebagian kecil kekayaan yang dimiliki Mochtar Riady yang memiliki banyak bidang bisnis lain di ritel, properti, multimedia, hingga kesehatan.

Sedangkan bankir kawakan Mu’min Ali Gunawan, juga diam-diam memiliki kekayaan yang aduhai di PaninBank. Kendati namanya tidak tercatat langsung sebagai pemegang saham di PaninBank, dia adalah “God Father” dari bank pertama di Indonesia yang melakukan IPO. Sebab, 46% atau 11.089.071.285 lembar saham PaninBank dikuasai Panin Financial yang kursi komisaris utamanya diduduki Mu’min Ali. Sementara, 67% atau 21.728.799.460 lembar saham Panin Financial digenggam oleh Paninvest. Di Paninvest, selain tercatat memiliki langsung 83.163.188 lembar saham, Mu’min Ali juga menguasai 1.208.583.000 lembar saham melalui Paninkorp. Artinya, kekayaan saham Mu’min Ali Gunawan di PaninBank yang harga sahamnya Rp2.070 per lembar mencapai sekitar Rp23 triliun.

Namun, bankir yang kekayaannya melesat dengan sangat cepat adalah Jerry Ng. Sebab, tidak sampai setahun kekayaan Jerry meroket hanya dengan satu kendaraan yaitu Bank Artos, bank kecil yang pada waktu dibelinya dari keluarga Arto Hardy pada akhir 2019, asetnya hanya Rp1,30 triliun dan sudah merugi sejak 2015. Kendati tidak mencatatkan namanya sebagai pemegang saham Bank Artos yang kemudian berubah menjadi Bank Jago, tapi Jerry yang menduduki kursi komisaris utama adalah pemegang saham terbesar melalui Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dengan jumlah 4.129.978.125 lembar saham. Koleganya Patrick Waluyo melalui Wealth Track Technology Limited menggenggam 1.619.309.375 lembar saham. 

Saham Bank Jago yang menjual branding dan positioning sebagai bank digital, harganya dari Rp2.570 pada awal 2020 terus melesat hingga sempat menyentuh level tertinggi Rp19.000 pada 21 Januari 2022. Ketika harga saham Bank Jago pada level Rp17.000 pada 2021, Forbes menempatkan Jerry Ng sebagai orang terkaya nomor lima di Indonesia dengan total harta US$4,8 miliar atau setara Rp70 triliun (kurs Rp14.500/US$).

Padahal, sampai akhir 2021 fundamental keuangan Bank Jago masih merah. Begitu saham-saham emiten digital dan teknologi dunia berguguran sejak awal 2022, maka saham Bank Jago pun ikut longsor. Kendati mulai mencatat laba positif sejak kuartal satu 2022, penurunan harga saham Bank Jago berlanjut dan hingga kini tinggal Rp4.690. Kendati kekayaan Jerry Ng di Bank Jago kempes lebih dari Rp50 triliun, namun dengan harta sekitar US$1 miliar alumni Citibank yang berhasil memimpin BTPN pada 2008 hingga 2019 ini masih tercatat sebagai salah satu bankir paling tajir di tanah air.

Selengkapnya seperti apa kekayaan 100 bankir dan siapa yang masuk dalam 30 terkaya? Mengapa kekayaan bankir meningkat? Simak selengkapnya di Majalah Infobank Nomor 536 Desember 2022. (*)

Related Posts

News Update

Top News