Jakarta – Pelaku pasar atau investor asing melihat adanya kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) rate sebesar 50 bps yang telah ditetapkan pada rapat dewan gubernur (RDG) bulan November 2022, bukan menjadi hal yang mengkhawatirkan, melainkan menjadi kabar positif bagi investor asing.
“Kalau memang suku bunga naik, ya itu memang sesuai dengan harapan mereka, sebenernya asing sudah tertarik masuk ke pasar modal kita karena kita pertumbuhan ekonominya bagus, inflasinya stabil, dan seterusnya,” ucap Pengamat Pasar Modal, Teguh Hidayat saat dihubungi Infobank dikutip 21 November 2022.
Kemudian, ia juga menambahkan bahwa dengan kenaikan suku bunga BI tersebut akan kembali menguatkan rupiah terhadap dolar dan mampu menarik investor asing berinvestasi di Indonesia. Diketahui, nilai tukar rupiah saat ini sudah mencapai Rp15.000 per dolar.
“Tapi kalau misalnya rupiah kita masih melemah terhadap dolar ya mereka mungkin masih agak ragu-ragu, karena kalau misalnya percuma saja beli saham harganya naik tapi nilai rupiahnya sendiri turun terhadap dolar,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan kenaikan suku bunga tersebut dilakukan dalam rangka pengendalian inflasi yang dimana inflasi Indonesia tercatat sebesar 5,71% secara yoy. Angka tersebut masih tinggi dari target inflasi yang ditetapkan BI sebesar 3%.
Kedua hal tersebut yang nantinya diharapkan mampu berdampak positif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) hingga akhir tahun dan mampu mencapai di rentang level IHSG 7.200-7.300.
“Jadi harapannya IHSG akan naik, tinggal tadi inflasi terkendali, rupiah menguat dan asing inflow masuk ke kita, jadi sebenernya bukan sesuatu yang dikhawatirkan, justru sesuatu yang positif kenaikan suku bunga itu,” ujar Teguh. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra