Jakarta – Sebagai bukti Pemerintah Indonesia dalam mendukung transisi menuju energi hijau, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menyaksikan langsung penandatanganan Head of Agreement (HoA) antara PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dengan Envision AESC Group.
Dalam kegiatan penandatanganan HoA tersebut merupakan titik awal dari kerja sama antara BNBR dan Envision AESC untuk memulai suatu inisiatif dalam mengidentifikasi peluang proyek Kawasan Industri Net Zero di Indonesia.
Kolaborasi tersebut berpotensi untuk membangun kawasan Industri Net Zero pertama di Sulawesi Tengah, termasuk bahan baterai hijau untuk melayani pasar global, pengembangan pembangkit energi hijau, serta menyebarkan dan memanfaatkan solusi digital Net Zero yang komprehensif dari Envision Digital.
“Kementerian Investasi mendukung penuh pengembangan Kawasan Industri Net Zero ini. Yang perlu ditekankan, proyek ini harus bekerjasama dengan pengusaha lokal di daerah supaya dampak ekonomi dan nilai tambahnya langsung terasa,” ucap Bahlil dalam keterangan resmi dikutip 14 November 2022.
Diketahui, penandatanganan HoA tersebut merupakan hasil tindak lanjut dari kerja sama yang telah ditandatangani sebelumnya dalam kunjungan kerja Menteri Investasi ke London pada bulan Oktober 2022 lalu. Kerja sama antara VKTR sebagai salah satu anak perusahaan BNBR yang berfokus di bidang teknologi baterai kendaraan listrik (EV Battery) dengan Envision AESC ini diharapkan mampu untuk menciptakan rantai pasok global yang kompetitif dan beragam.
Kemudian, saat ini BNBR melalui anak perusahaannya juga berminat mengembangkan transportasi elektrik terintegrasi dan ekosistem EV Battery di Indonesia yang mencakup baterai, kendaraan listrik (bus, mobil, dan motor), infrastruktur EV, serta daur ulang baterai.
Sementara Envision AESC Group selaku perusahaan teknologi baterai terkemuka yang memanfaatkan inovasi berbasiskan Artificial Intelligence of Things (AIoT) pada teknologi baterai dan berbagai aplikasi lintas disiplin, berencana untuk membangun ataupun mengonversi lokasi manufaktur yang ada untuk menjadi Kawasan Industri Net Zero.
“Bagi kami penting bagaimana kita melakukan kolaborasi dengan memanfaatkan potensi masing-masing negara. Inggris punya teknologi dan kapital yang cukup, Indonesia punya sumber daya alam melimpah dan posisi geopolitik global yang strategis. Tinggal bagaimana kita tingkatkan kerja sama itu,” imbuhnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra