Jakarta – Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang juga berdampak pada kondisi domestik, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) akan fokus pada segmen yang memiliki return yang atraktif dengan kualitas kredit yang baik, seperti korporasi. Hal demikian dilakukan guna menjaga bisnis perseroan agar tetap tumbuh positif.
“Kita akan fokus pada korporasi sektor unggulan dan value chain-nya, pinjaman payroll di segmen konsumer, serta KUR di segmen kecil. Fokus pada segmen yang menguntungkan dengan tetap menjaga kualitas asetnya,” ujar Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, Senin, 24 Oktober 2022.
Royke mengakui prospek ekonomi domestik berpotensi tidak lagi seimpresif semester pertama. Namun, perseroan masih melihat indikator makro ekonomi di Indonesia akan cukup sehat dibandingkan negara lain. Inflasi hingga September berada pada level 6%, dan masih cukup wajar untuk ukuran negara berkembang dan tahun depan diperkirakan membaik di bawah 4%.
Meskipun tren perlambatan ekonomi global cukup mengkhawatirkan, perekonomian Indonesia diperkirakan relatif stabil dengan didukung bauran kebijakan fiskal dan moneter yang efektif untuk menjaga stabilitas. Indikator kestabilan eksternal ekonomi Indonesia pun terus membaik, terutama dari cadangan devisa yang kuat serta tingkat eksposur utang luar negeri yang rendah.
“Tentu kita perlu mewaspadai potensi meningkatnya risiko yang akan dihadapi oleh perekonomian dan perbankan Indonesia ke depan. Untuk itu, perseroan mengambil langkah proaktif untuk menjaga profitabilitas dapat sustain dalam jangka panjang,” kata Royke.
Strategi pertumbuhan BNI akan tetap fokus pada segmen yang memiliki return yang atraktif dengan kualitas kredit yang baik, seperti korporasi sektor unggulan dan value chain-nya, pinjaman payroll di segmen konsumer, serta KUR di segmen kecil.
Dengan strategi BNI untuk fokus pada segmen yang memiliki return yang atraktif dan konservatif ini, lanjut Royke, Net Interest Margin (NIM) diperkirakan akan berada di level yang moderat, namun akan dikompensasikan dengan Cost of Credit atau biaya CKPN yang rendah dan fee income yang optimal dari transaksi nasabah.
“Kami percaya ini adalah strategi yang tepat di tengah turbulensi ekonomi global, untuk memberikan hasil yang optimal dan sustainable bagi para pemegang saham kami,” imbuh Royke. (*)