Jakarta–PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap Standard & Poor’s (S&P) dapat memberikan kenaikan peringkat menjadi investment grade untuk Indonesia, sehingga dapat mendorong investasi asing di bursa saham. Rating investment grade dari lembaga pemeringkat internasional biasanya memang dijadikan acuan para investor dalam menempatkan portofolio investasinya.
Direktur Utama BEI, Tito Sulistio mengatakan syarat utama bagi investor untuk menempatkan dana di negara lain selalu bercermin pada fundamental industri yang positif.
“S&P masih melihat kita (Indonesia) seperti itu, sehingga kita masih BB+. Kalau kita sudah mendapatkan BBB+ atau A, maka pasar modal kita akan gampang didatangi investor,” papar Tito di Gedung BEI, Jakarta, Senin, 2 Mei 2016.
Dengan demikian, jelas dia, jumlah investor asing bisa lebih banyak, karena masing-masing industri berfundamental positif. “Saya menginginkan (investor) asing lebih banyak lagi, karena memang uang mereka lebih banyak,” tegas Tito.
Lebih lanjut Tito menampik anggapan yang menilai bahwa saat ni jumlah investor asing di pasar modal domestik sudah mencapai 60 persen. “Semua orang bilang asing itu lebih banyak di transaksi lokal. Itu tidak benar,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, sejak lima tahun terakhir investasi asing di pasar modal dalam negeri hanya 40 persen, namun ke depannya diharapkan bisa mendominasi. “Kalau asing itu 60 persen, itu tidak apa-apa. Berarti kami berhasil mengajak mereka masuk,” kata Tito.
Tito menyarankan agar investor domestik yang akan menempatkan modal dalam jangka panjang bisa memanfaatkan instrumen di pasar modal, ketimbang deposito yang imbal hasilnya lebih rendah.
“Return (saham) kita dalam sepuluh tahun terakhir dan growth sebesar 15 persen per tahun. Bayangkan deposito yang cuma 7 persen,” ucapnya.
Bahkan, kata dia, ada beberapa emiten yang return-nya di atas 40 persen. “Sebanyak 67 perusahaan return-nya di atas deposito yang sepuluh tahun. Jadi, buat long term investment, kami menawarkan return yang paling bagus,” papar Tito. (*)
Editor: Paulus Yoga