Jakarta – DBS Bank Ltd (Bank DBS) sebagai bank yang digerakan oleh tujuan positif (purpose-driven bank), secara aktif mendukung tercapainya penciptaan ekosistem keuangan berkelanjutan yang secara komprehensif dicanangkan oleh pemerintah Indonesia.
Komitmen tersebut ditunjukkan Bank DBS melalui penyediaan pinjaman dan pendanaan berkelanjutan serta kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mempersiapkan ekosistem secara menyeluruh dalam menyukseskan pengembangan keuangan berkelanjutan di Indonesia.
Chief Sustainability Officer DBS Group, Helge Muenkel, mengatakan bahwa di setiap negara memiliki strategi yang berbeda dalam menghadapi permasalahan emisi. Namun, Bank DBS percaya dapat mencapai target emisi nol bersih 2050 ketika perusahaan-perusahaan, serta para nasabah turut berupaya melakukan percepatan transisi hijau.
“Oleh sebab itu, misi Bank DBS bukanlah memutus kerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang masih belum melaksanakan praktik bisnis hijau, tetapi kami bahu-membahu dalam mencari solusi untuk mengakselerasi transisi yang lebih hijau dan berkelanjutan,” ucap Helge dalam webinar Sustainability Action For The Future Economy (SAFE) 2022 di Jakarta, 1 September 2022.
Dalam hal ini, Bank DBS telah melihat beberapa sektor utama yang perlu diperhatikan untuk mencapai target emisi nol bersih 2050, antara lain bahan bakar minyak dan gas bumi, tenaga listrik, otomotif dan penerbangan, komersial, real estate, pertanian, kimia, dan batu bara. Saat ini, Bank DBS sudah memiliki kebijakan yang dirangkai secara komprehensif sehingga dapat membantu proses transisi ke arah yang lebih berkelanjutan.
Adapun untuk mencapai hal tersebut, Bank DBS telah memiliki tiga pilar keberlanjutan diantaranya adalah responsible banking untuk mendukung tujuan berkelanjutan melalui pinjaman atau pembiayaan, responsible business practice untuk meminimalisir jejak lingkungan (carbon footprint), dan impact beyond banking untuk mendukung wirausaha sosial yang berupaya menjawab permasalahan sosial dan lingkungan.
“Kami melihat Indonesia memiliki potensi yang besar dan ada empat hal yang perlu menjadi perhatian, pertama kepastian pembuatan kebijakan, kedua perencanaan keuangan, ketiga inovasi seperti pemanfaatan platform digital, dan terakhir kolaborasi multi dan lintas sektoral. Hal yang benar-benar kita butuhkan adalah tindakan nyata dari seluruh pihak, dan kami sangat bersemangat untuk menjadi bagian dari perubahan ini,” tutup Helge. (*) Khoirifa