Jakarta – Pemerintah dikabarkan akan segera mengumumkan kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) subsidi dalam waktu dekat. Wacana kenaikan BBM subsidi tersebut dinilai akan memberikan dampak terhadap inflasi yang pada akhirnya menganggu perekonomian RI.
Perry Warjiyo Gubernur BI mengatakan, bila harga BBM mengalami peningkatan, maka akan mendorong inflasi harga yang diatur pemerintah (administered prices) seperti tarif angkutan khususnya pada angkutan udara yang akan mempengaruhi inflasi inti.
“Inflasi inti memang masih rendah sebesar 2,86%, tapi kami perkirakan bahwa ada rembetan second round impact dampak lanjutan dari tingginya inflasi kelompok harga bergejolak atau volatile food dan kelompok administered prices terhadap inflasi inti. Inflasi inti ini yang menunjukan inflasi secara fundamental atau daya beli dari sisi permintaan,” ujar Perry, Selasa, 23 Agustus 2022.
BI juga memperkirakan, inflasi inti sampai akhir tahun 2022 yaitu sebesar 4,15%, ini dikarenakan adanya dampak rambatan dari kenaikan BBM. Hal tersebut, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yaitu dibawah 4%.
“Perkiraan dampak rambatan dari kenaikan BBM subsidi yaitu tarif angkutan dan tingginya inflasi volatile food ini menunjukan inflasi inti akhir tahun 2022 bisa lebih tinggi yaitu 4,15% dan inflasi IHK diatas 5% atau 5,24%,” tambahnya.
Hal tersebut, yang juga dipertimbangkan BI untuk menaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverese Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 3,75%.
“Itu pertimbangan pertama kenapa kenaikan suku bunga BI7DRR untuk pre-emtif dan forward looking keniakan resiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi karena dampak dari rembetan dari kenaikan harga bbm non subsidi dan juga volatile food,” ungkap Perry.
Selain itu, BI juga akan terus memperbarui perkiraan-perkiraan inflasi sejalan dengan kebijakan yang akan ditempuh oleh pemerintah. (*) Irawati