Jakarta – Efisiensi sumber daya dan ekonomi sirkuler menjadi salah satu dari tujuh isu strategis yang dibahas dalam Environment Deputies Meeting (EDM) Presidensi G20 Indonesia di tahun 2022. Saat ini, forum G20 telah sepakat berkomitmen untuk terus meningkatkan upaya untuk pengendalian perubahan iklim termasuk didalamnya efisiensi sumber daya untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan pengendalian perubahan iklim, agar bisa berkontribusi dalam menjamin kenaikan rata-rata suhu permukaan global tidak naik atau tidak lebih dari 1,5 C.
Sebagai produsen pupuk dan petrokimia terbesar di Asia Tenggara, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) berperan penting dalam mendukung isu strategis tersebut. Hal ini turut disampaikan oleh perusahaan dalam dialog bersama working group EDM. Hanggara Patrianta selaku Direktur Operasi dan Produksi, PKT memaparkan tentang “Sustainable Consumption and Production with Life Cycle Approaches” yang menjelaskan upaya-upaya efisiensi energi yang telah dilakukan PKT dalam kegiatan operasionalnya.
“Sebagai salah satu pondasi utama dalam roadmap 40 tahun kedua PKT yang akan fokus ke arah industri petrokimia yang berbasis renewable, efisiensi penggunaan energi menjadi sebuah hal yang penting dilakukan mengingat skala operasional kami sebagai produsen pupuk dan petrokimia terbesar di Asia Tenggara. Sejak tahun 2017; dari tahun ke tahun; perusahaan sudah mengalami penurunan konsumsi energi yang cukup signifikan berkat inisiatif Energy Conservation Program kami,” ujarnya dikutip Senin, 15 Agustus 2022.
Sesuai dengan roadmap pertumbuhan kedua perusahaan, PKT terus berkomitmen untuk menjalankan program konservasi energi sebagai salah satu pilar utama Growth Strategy perusahaan menuju industri hijau. Hal ini juga sejalan dengan tema dialog EDM-CSWG G20 kali ini yang membahas mengenai “Resource Efficiency and Circular Economy in support of Sustainable Consumption and Production Framework”.
Dalam penerapan program konservasi energi tersebut, PKT membuat strategi menyeluruh yang berfokus pada 3 pilar utama. Pertama program operasional, yakni penerapan new best practice dalam menekan ekses oksigen, pemeliharaan prediktif dan preventif pabrik berdasarkan ISO 55001, Pemantauan Online Penggunaan Energi Signifikan, serta pengadaan berdasarkan Life Cycle Assessment.
Kedua, Program Investasi yakni melakukan upgrade pada konverter Amoniak, pengadaan peralatan Baru, LP Amonia Scrubber, Tingkatkan Pompa ke Berbasis IE3. Dan ketiga Turn Around Program yakni Penggantian katalis yang lebih efisien, pembersihan kimia dan mekanis secara rutin, serta overhaul peralatan rotasi.
Selain ketiga pilar tersebut, PKT juga menerapkan sistem Smart Production yang merupakan proses digitalisasi dan integrasi data secara online dan menyeluruh. Mulai dari monitoring performa pabrik (produksi, konsumsi energi, inventori dan operasional pabrik), kualitas dan stok produk, evaluasi kesehatan dan pemeliharaan aset, kinerja lingkungan, serta dilengkapi dengan sistem alarm. Masing-masing lini ini dilengkapi dengan platform teknologi informasi yang dirancang khusus, yang terhubung dengan manajemen PKT untuk memudahkan pengambilan keputusan.
Implementasi dari kedua program tersebut membuahkan hasil yang cukup positif. Data internal perusahaan mencatat, bahwa total pengurangan emisi yang terjadi pada 2022 sudah mencapai 436.711 ton atau setara dengan emisi yang dikeluarkan oleh 94.937 mobil. Sementara itu dari segi efisiensi energi, selama 2022 PKT telah berhasil mencapai 5.01% penghematan energi dan berhasil menyimpan energi hingga setara 141.000 MMBtu/tahun.
“Dalam langkah perusahaan bertransformasi menuju industri hijau, selain upaya efisiensi energi PKT memiliki target untuk mengurangi emisi gas karbon hingga 32,51% pada 2030, dan mencapai net zero emission di 2060. Hal ini termasuk beberapa inovasi hijau yang telah kami kembangkan, seperti Pengolahan limbah plastik PET (Polyethylene terephthalate) yang dibuat menjadi bahan Green Asphalt, juga penerapan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) untuk memenuhi kebutuhan energi kantor pusat PKT. Harapan kami, kedepannya praktik-praktik ini selain menjadi upaya mengurangi jejak karbon, juga dapat memberikan dampak keberlanjutan dan multiplier effect positif baik bagi perusahaan, masyarakat sekitar, maupun negara,” tutup Hanggara. (*)