Jakarta – Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menyatakan siap mendukung langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memperkuat sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB). Salah satu dengan cara mendorong anggota APPI meningkatkan implentasi governance, risk, and compliance (GRC).
Demikian diungkapkan Suwandi Wiratno, Ketua Umum APPI dalam Non Bank Financial Forum 2022 yang diadakan Infobank bersama APPI dan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Kamis, 28 Juli 2022. Implementasi GRC juga membuat industri multifinance semakin mendapat kepercayaan dari seluruh pemangku kepenting, termasuk regulator dan perbankan.
“GRC ini menjadi suatu tantangan bagi kita terkait tata kelola. Kita memang harus mengelola organisasi itu untuk mencapai objektif kita, agar bisa bekerja dengan kejujuran penuh di tengah ketidakpastian. Kita harus memastikan performance manajemen terkait risiko dan kepatuhan terpenuhi,” terang Suwandi.
Industri multifinance, lanjut Suwandi, harus menjalankan tata kelola dengan baik. Bagaimana prinsip TARIF (transparency, accountability, responsibility, independence, dan fairness) harus benar-benar diimplementasikan. Lalu, bagaimana pelaku industri ini menerapkan manajemen risiko. Mulai dari mengidentifikasi, mengukur, dan memantau risiko yang mungkin dihadapi organisasi masing-masing.
Industri jasa keuangan, termasuk multifinance, lanjutnya, memang banyak sekali regulasi. Tapi harus dipahami juga bahwa regulasi yang ada memiliki keterkaitan dengan pihak lain, termasuk regulator. Itu harus dipatuhi.
“Memang pada faktanya, banyak yang menerapkan GRC tidak secara terintegrasi. Tapi silo-silo. Setiap unit bekerja untuk kesuksesan unitnya sendiri. Tidak menjadi satu kesatuan. Kurang komunikasi, dan segalanya. Ini penting untuk kita sampaikan kepada tim di tiap perusahaan kita. Tidak boleh lagi bekerja dengan silo mentality,” terang Suwandi.
Silo Mentality, kata Suwandi tidak lagi cocok dengan dinamika yang terjadi sekarang. Organisasi-organisasi yang silo, harus mulai berubah menjadi organisasi yang lebih agile untuk menghadapi tantangan. Agile organization akan lebih efektif, lebih kuat, dan lebih lincah.
“Kalau kita bisa mengubah silo mentalty (organization) menjadi agile orgnization, kita saling komunikasi, di mana kita terus berkembang, kita bisa kerjasama satu sama lain untuk mencapai apa yang kita inginikan, ini akan menjadi kekuatan suatu perusahaan. Lebih efektif, dan lebih ramping organisasinya. Inilah gambaran dari implementasi GRC kalau kita lakukan dengan baik dan benar,” imbuhnya. (*) Ari Astriawan