2015, Standard Chartered Andalkan Fee Based Income

2015, Standard Chartered Andalkan Fee Based Income

Kenaikan risiko kredit dan pasar yang menghantui bisnis perbankan pada tahun ini mengharuskan bank menggenjot kinerja fee based income. Paulus Yoga

Bandung–Standard Chartered Bank Indonesia mencoba menjaga pertumbuhan pendapatan dengan mengandalkan bisnis berbasis komisi atau biaya (fee based income) pada tahun ini.

Chief Financial Officer Standard Chartered Bank Indonesia, Lea Setianti Kusumawijaya mengaku, kenaikan risiko kredit dan risiko pasar membuat bisnis perbankan tidak terlalu ciamik pada tahun ini.

Namun demikian, pihaknya akan mendorong pertumbuhan pendapatan di kisaran 5-10% pada tahun ini. “Kita berusaha paling tidak pendapatan bunga bersih dan pendapatan nonbunga ada pertumbuhan. Minimum high single digit,” tukas Lea di Bandung, Jumat, 7 Agustus 2015.

Untuk mendorong pendapatan, Standard Chartered Bank Indonesia akan mengandalkan fee based income. Hal in dilakukan mengingat permintaan kredit tidak besar di tengah pelambatan ekonomi nasional, dan kenaikan risiko kredit.

“Bahkan nonbank kejar di fee based income. Intinya kita berusaha supaya tetap ada pertumbuhan dari tahun lalu. Kondisi sedang begini CKPN (cadangan kerugian penurunan nilai) naik. Bank manapun CKPN naik, ini akan hantam profit,” jelas Lea.

Produk fee based income yang akan didorong bank bermarkas di London, Inggris ini, menurut Lea adalah produk-produk yang terkait cash management, pun perdagangan atau trade finance.

Selain itu, kebijakan Bank Indonesia yang mendorong perusahaan-perusahaan menerapkan lindung nilai atau hedging terkait transaksi valuta asing juga diyakininya bisa mendorong kenaikan fee based income. “Tapi itu tergantung market juga,” tegasnya.

Sementara dari laporan keuangan triwulan satu 2015, Standard Chartered Bank Indonesia membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp401 miliar, tumbuh 13,35% dibanding periode sama tahun lalu. (*)

@bangbulus

Related Posts

News Update

Top News