Jakarta – Peran perbankan sangat besar dalam mendorong perekonomian suatu bangsa. Pasalnya, selain melakukan penghimpunan dana dan menyalurkan kepada masyarakat, fungsi perbankan juga bisa mendukung kelancaran pendidikan di Tanah Air.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Nizam menyampaikan, pendidikan merupakan satu investasi yang returnnya jangka panjang, dan dampaknya sangat besar terhadap kemajuan dan daya saing bangsa.
Hal ini pula menyebabkan pendidikan tinggi yang berkualitas memerlukan biaya yang tidak murah. Selain pembangunan sarana dan prasarana juga SDM untuk memberikan pendidikan yang bermutu membutuhkan investasi dan pembiayaan yang besar.
“Kehadiran sistem keuangan yang bisa memberikan akses pendanaan pendidikan dengan return jangka panjang sangat dibutuhkan. Baik dalam pembiayaan investasi maupun pembiayaan penyelenggaraan pendidikan,” papar Nizam, Jumat, 6 Mei 2022.
Dia pun tak menampik bahwa saat ini tidak banyak perbankan yang benar-benar turun dalam mendorong sektor pendidikan dengan memberikan solusi keuangan secara langsung di perguruan tinggi.
Kendati demikian, dirinya mengapresiasi salah satu bank yang sejak lama menyasar sektor pendidikan dengan sangat serius dan agresif mendirikan kantor cabang di kampus-kampus, yakni PT Bank Negara Indonesia (BNI).
“BNI adalah mitra terbaik yang mengembangkan Ekosistem Finansial Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi,” sebutnya.
Hal tersebut membuat BNI dinilai sebagai satu-satunya bank yang mendapat julukan Bank Kampus di Indonesia. Hal ini dilakukan BNI dalam upaya mendorong ekspansi program Campus Financial Ecosystem.
Per akhir 2021, dana pihak ketiga (DPK) yang terhimpun dari universitas serta lembaga pendidikan mencapai Rp12,01 triliun yang mayoritas berasal dari CASA. Dana ini terus meningkat seiring dengan ekspansi program-program BNI mengakuisisi beberapa kampus di Jawa dan Bali untuk masuk dalam program Campus Financial Ecosystem.
Adapun, Campus Financial Ecosystem merupakan program yang akan BNI fokuskan dalam memberikan solusi keuangan lengkap berbasis digital kepada nasabah lembaga universitas dan para civitas akademis kampus.
Pengamat Ekonomi dan Perbankan Binus University Doddy Ariefianto mengakui, BNI menjadi bank yang benar-benar eksis di dunia pendidikan.
“Ke depan tinggal bagaimana BNI bisa mengembangkan lagi potensi bisnis yang ada di dunia pendidikan. Tidak hanya semata meraih Dana Pihak Ketiga (DPK) lewat pembayaran SPP saja,” tuturnya.
Dirinya menambahkan bahwa BNI juga sudah harus mulai memikirkan potensi lain dari sektor pendidikan. Salah satu yang bisa dilakukan perbankan, dalam hal ini BNI, lanjut Doddy, yakni dengan mulai menyasar pembiayaan terkait pendidikan bagi mahasiswa dan civitas akademika.
“Karena inkubator bisnis ada di kampus, pembibitan teknologi ada di sana. Pembiayaan untuk mahasiswa juga tentu sangat membantu, karena banyak mahasiswa-mahasiswa yang sejauh ini kesulitan biaya untuk melanjutkan pendidikannya,” tambahnya.
Setali tiga uang, Direktur Riset Center Of Reform On Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah berkata, perbankan memang perlu meningkatkan rasio CASA untuk menurunkan cost of fund. Salah satunya adalah melalui kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi yang memiliki jumlah mahasiswa besar.
“Strategi ini sudah ditempuh oleh BNI cukup lama. Dalam posisinya sebagai Bank BUMN, BNI bisa merebut pasar PTN (perguruan tinggi negeri) sudah cukup lama,” terang Piter. (*) Steven Widjaja