oleh Agung Galih Satwiko
PASAR saham di Asia kemarin umumnya menguat. Di Jepang indeks Nikkei menguat 3,2% setelah Yen kembali melemah dan setelah pernyataan Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda yang kembali menegaskan kesiapan BOJ untuk melakukan pelonggaran lebih lanjut. Di China Indeks Shanghai Composite menguat 0,5%. Di Eropa, DAX Jerman menguat 0,7%, dan S&P 500 di AS relatif tidak bergerak.
Monetary Authority of Singapore, bank sentral Singapura melakukan perubahan posisi kebijakan nilai tukar terhadap USD, yang tadinya dalam posisi peningkatan nilai Singapore Dollar secara bertahap, menjadi netral. MAS menetapkan Singapore Dollar nominal effective exchange rate (NEER) pada kisaran 0%.
Dalam pidatonya di Columbia University New York, Gubernur BOJ, Haruhiko Kuroda menyatakan bahwa BOJ tidak akan ragu untuk mengambil kebijakan tambahan stimulus baik kuantitas, kualitas maupun penurunan tingkat bunga, jika diperlukan. BOJ siap untuk melakukan ekspansi pembelian obligasi dan memotong tingkat bunga menjadi lebih negatif. Kuroda menilai apresiasi Yen telah terjadi sangat eksesif dan memperingatkan traders yang mengambil posisi long Yen (mengambil posisi membeli Yen menjual USD). Sementara itu Menteri Keuangan Jepang Taro Aso bertemu dengan US Treasury Secretary Jack Lew, dan menegaskan komitmen Negara anggota G7 dan G20 untuk tidak secara sengaja melakukan devaluasi mata uangnya dalam rangka meningkatkan ekonominya.
JPMorgan merekomendasikan kliennya untuk memposisikan China dari netral ke overweight, dengan pertimbangan semakin kecilnya akselerasi penurunan cadangan devisa China, berkurangnya kekhawatiran akan devaluasi Yuan dan perbaikan data ekonomi China. Asia and emerging asset strategist JPMorgan, Adrian Mowat, menyatakan keyakinannya akan perbaikan ekonomi dan laba perusahaan di China, India dan Indonesia. Namun demikian khusus untuk China, sejatinya masih terdapat potensi permasalahan terutama dari naiknya total utang China. Macquarie Research melaporkan bahwa dari 780 perusahaan di China yang menerbitkan obligasi sepanjang 2014, terdapat sekitar 23% yang tidak memiliki laba operasi yang cukup untuk membayar bunga (artinya EBIT lebih kecil dibandingkan pembayaran bunga obligasi. Selain itu terdapat sekitar 45% pembiayaan yang dilakukan tahun 2015 (baik melalui pinjaman baru, obligasi, maupun shadow banking), yang digunakan untuk membayar bunga utang. Head of IMF’s Financial Stability Division Jose Vinals menyebutkan bahwa utang korporasi China sebesar USD1,3 triliun merupakan bom waktu dan akan menimbulkan dampak yang serius terhadap stabilitas pasar keuangan global. Sekitar 15,5% dari utang korporasi ini dalam kondisi berisiko karena perusahaan tidak mampu bahkan untuk membayar bunganya.
Bank of England kemarin menetapkan suku bunga acuan tidak berubah. Tingkat bunga acuan tetap sebesar 0,5% dan jumlah pembelian aset tetap sebesar 375 miliar pound (USD529,99 miliar). Tingkat bunga acuan ini tidak berubah sejak Maret 2009. Bank of England mencermati aktivitas bisnis dan belanja modal yang menurun menjelang referendum Brexit pada tanggal 23 Juni. Sebagian pelaku bisnis menunda keputusan strategis sampai terdapat kejelasan hasil referendum.
Dari AS, data klaim pengangguran akhir minggu lalu turun 13.000 ke level 253.000 orang, level terendah sejak tahun 1973. Laju pemecatan pekerja yang semakin turun, dan laju pengangkatan pekerja yang semakin meningkat yang terjadi di AS terutama pasca krisis 2008 menunjukkan ekonomi AS meskipun tidak tumbuh tinggi namun tetap mencatat pertumbuhan yang positif dan stabil. Direktur Ekonomi Mood’s Analytics memperkirakan GDP AS pada Q2-2016 akan lebih baik dibandingkan Q1 2016. Masih dari AS, inflasi bulan Maret tercatat sebesar 0,1% yoy, setelah deflasi di bulan Februari sebesar 0,2%.
Harga minyak dunia ditutup turun, karena pelaku pasar menimbang kemungkinan hasil rapat yang akan diselenggarakan di Doha hari minggu tanggal 17 April. Pelaku pasar melihat jika hasilnya hanya berupa pembekuan output (bukan penurunan output), maka dampak ke supply dan harga minyak akan terbatas. WTI crude Nymex untuk pengiriman Mei turun USD0,26 (0,6%) ke level USD41,5 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Juni turun USD0,34 (0,8%) ke level USD43,8 per barrel.
Yield UST naik setelah data US jobless claim menunjukkan konsistensi solidnya pasar tenaga kerja AS. Yield UST 10 tahun naik 2 bps ke level 1,78%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 tahun telah turun 49 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara itu yield UST 30 tahun juga naik 2 bps ke level 2,60%.
Pasar SUN ditutup melemah, yield SUN tenor 10 tahun naik 4 bps ke level 7,46%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 128 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG ditutup turun 38,1 poin (0,8%) ke level 4.814. Investor asing membukukan net sell sebesar Rp199 miliar, sehingga year to date investor asing membukukan net buy sebesar Rp4,9 triliun. Year to date IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 4,8% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Sementara itu, nilai tukar Rupiah melemah Rp22 ke level Rp13.180 per Dolar AS. NDF 1 bulan melemah Rp29 ke level Rp13.195 per Dolar AS. Sementara itu persepsi risiko stabil, CDS 5 tahun turun 1 bps ke level 197. CDS Indonesia 5 tahun telah turun 33 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 230 bps. (*)
Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK