Mahendra Dinilai Paling Ideal Duduki Kursi Bos OJK

Mahendra Dinilai Paling Ideal Duduki Kursi Bos OJK

    • Jakarta – Presiden Jokowi telah memilih 14 nama dari 21 nama yang diserahkan Pansel ADK OJK untuk melalui tahapan fit and proper test di Komisi XI DPR dalam waktu dekat.

Pakar hukum fintech dan keuangan digital Chandra Kusuma mengatakan, ke-14 nama tersebut memiliki profil dan rekam jejak yang kuat dengan spesialisasi khusus yang relevan di industri jasa keuangan untuk mengemban amanah sebagai KomisionerOJK 2022-2027.
Namun, Chandra menilai Mahendra Siregar sebagai kandidat paling ideal untuk posisi Ketua OJK.

Menurutnya, Mahendra telah memiliki pengalaman teruji di lintas rezim kepemimpinan yang berbeda dalam berbagai aspek perekonomian strategis negara ini, mulai dari perdagangan dan sektor riil, keuangan, investasi hingga international affairs. Sehingga ia tidak hanya dapat melihat dari sudut pandang kepentingan industri jasa keuangan, namun terlebih lagi kepentingan negara dan otomatis termasuk masyarakat atau konsumen terkait.

Bahkan saat krisis global 2007-2008 terkait Lehman Brothers case, Mahendra sudah terlibat aktif dalam perumusan dan koordinasi kebijakan lintas lembaga dalam negeri dan luar negeri dalam kapasitasnya sebagai Deputi Menko Perekonomian Bidang Kerjasama Ekonomi dan Pembiayaan Internasional di bawah tiga menteri yang berbeda.
“Beliau konsisten dipercaya sebagai birokrat karena kepemimpinan, integritas dan kompetensinya. Hasilnya, Pak Mahendra memiliki multidimensional perspectives and wisdom serta kemampuan stakeholders management dan crisis management yang amat dibutuhkan dalam memimpin OJK di era pandemi ini dan setelahnya. Menurut saya ini langka dan sangat krusial,” kata Chandra dalam keterangannya, Sabtu, 2 April 2022.

Chandra menambahkan, kemampuan diplomasi dan multidisciplinary approach Mahendra juga akan sangat berguna dalam menjalin komunikasi antar lembaga dalam konteks sinergi kelembagaan dan harmonisasi kebijakan yang efektif antar OJK dan lintas kementerian serta lembaga terkait termasuk BI dan Kemenkeu.
“Kombinasi kompetensi dan keahlian sebagai ekonom, birokrat, teknokrat bahkan diplomat ada di dalam diri beliau. Sisi teknokratnya terlihat dari pengalamannya dipercaya mengemban berbagai posisi penting di berbagai BUMN dan swasta sehingga secara alami ia memiliki pemahaman ekstensif mengenai market conduct dan berbagai permasalahan dari beragam industri dan sub-sektor usaha yang kompleks,” ungkapnya.

Terkait reformasi struktural di internal OJK, kata Chandra, kemampuan komunikasi menjadi penting dalam hal strategic HR management untuk dapat mengartikulasikan roadmap, core framework, prioritas dan arah kebijakan OJK secara jelas kepada setiap jajarannya, mulai Deputi Komisioner, Kepala Departemen hingga pegawai teknis untuk dapat ditindaklanjuti dengan sistematis, tepat dan cepat.

“Jika Mahendra terpilih sebagai ketua OJK, menurut saya tidak ada kepentingan politik yang mempengaruhi atau mendasarinya. Ini karena leadership, pengalaman, expertise dan kompetensi serta integritasnya yang konsisten teruji. Menurut saya pribadi, Mahendra dan Mirza akan menjadi kombinasi pemimpin yang luar biasa membawa perubahan positif di OJK dan industri jasa keuangan.
Kalau Mirza jelas sudah tidak perlu diragukan, beliau ekonom handal yang juga reformis dan inovatif dengan leadership yang terbukti. Sisi akademis dan risetnya juga sangat kuat untuk membantu kepemimpinan Mahendra. Beliau sangat paham fundamental dan market conduct industri jasa keuangan serta international best practices yang dinamis,” paparnya.

Secara terpisah, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda mengatakan, calon DK OJK yang baru menguasai dunia keuangan secara keseluruhan, mulai dari industri perbankan, pasar saham, investasi, hingga keuangan digital.

Menurutnya, pemimpin OJK baru nanti harus lebih menguasai persoalan digitalisasi dibidang keuangan. Sebab, keuangan digital akan menjadi tantangan industri kedepannya.

Dalam hal ini, bukan hanya soal pinjaman online namun segala aspek digitalisasi.
“Mulai bank digital, investasi online, ini yg harus diatur. Ini membutuhkan pengaturan yang dalam oleh keuangan digital,” ujarnya.

Nailul berharap, calon DK OJK yang baru harus memahami dan menguasai visi keuangan digital. Sebab, tantangan yang sangat berat bagi Indonesia akan datang dari sistem ekonomi digital. Apalagi, dalam beberapa tahun terakhir isu dunia industri keuangan digital cenderung negatif.

“Positifnya kurang. Misalnya pinjol, investasi, penipuan online, bank digital yang saya rasa citra negatifnya. Ini saya harapkan seharusnya bisa diminimalisir masalah-masalah itu kedepannya,” tuturnya.

Dalam mengatasi segala persoalan di dunia industri keuangan digital, lanjutnya, memerlukan dukungan dari sisi regulasi. Dalam hal ini, OJK memegang peranan yang sangat penting. “Caranya melalui peraturan OJK,” ucapnya.

Nailul melanjutkan, Pimpinan OJK yang baru juga harus memperhatikan dan fokus pada aspek perlindungan sosial. Sebab, hingga saat ini konsumen keuangan digital sambat bervariasi. Sementara literasi keuangan dan bidang keuangan digital itu sendiri masih rendah.

“Contohnya kasus-kasus penipuan investasi dan pinjaman online,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan, aspek lain di luar ekonomi digital yang perlu diperhatikan yaitu industri asuransi. Sebab, saat ini literasi dan edukasi industri perasuransian masih sangat rendah.
“Terkait diluar ekonomi digital ada asuransi unit link yg kontroversial, ada ekonom yang berpendapat seharusnya asuransi dan investasi masing-masing sendiri. Ada juga yang mau di padupadankan,” tambahnya.

Nailul memandang, semua calon DK OJK yang baru sangat mempuni. Namun, sosok dan rekam jejak Mahendra Siregar dinilai menjadi yang paling ideal memimpin OJK yang baru. Sebab, Mahendra Siregar sudah lama bergelut didunia perbankan termasuk ekspor impor.

“Yang pasti semua calonnya saya rasa pintar-pintar ya. Kalau Mahendra Siregar, beliau sudah lama di dunia perbankan khususnya ekspor impor. Jadi Mahendra yang cukup membawa Pimpinan OJK. Kalau Ketua pak Mahendra cukup mempuni. Kalau pak Mirza di BI jadi dasarnya, ditambah beliau ketua perkumpulan Fintech. Saya rasa mampu. Pak Mahendra dan Mirza,” pungkasnya. (*)

Related Posts

News Update

Top News