Jakarta – Sistem keuangan terdesentralisasi, Blockchain memiliki banyak manfaat yang bisa diterapkan dalam berbagai sektor industri, seperti insurtech. Budi Rahardjo, Technopreneur Bidang Keamanan Informasi mencontohkan, salah satu penerapan teknologi blockchain bisa mengurangi fraud yang kerap terjadi pada proses klaim asuransi.
“Saya kerumah sakit, dicharge Rp300 ribu tetapi Rumah Sakit klaim BPJS Rp700 ribu. Dengan Blockchain, hal ini tidak mungkin terjadi. Begitu tercatat Rp300 ribu akan tercatat di mana-mana dan mengurangi fraud,” jelas Budi pada pemaparan virtualnya, Kamis, 24 Maret 2022.
Pada kesempatan yang sama, Chia Hock Lai, Co-Founder Global Fintech Institute Singapore juga memberikan contoh kasus penerapan blockchain pada industri asuransi yang bisa memudahkan nasabah. Ia bercerita, salah satu perusahaan di New York sudah pernah melakukan eksperimen mengenai klaim asuransi penyakit diabetes dengan menggunakan blockchain.
“Hal yang terjadi adalah ketika seseorang didiagnosa dengan diabetes, klaim akan langsung dikirim karena kondisi dalam Smart Contract sudah terpenuhi,” jelasnya.
Chia Hock Lai mengungkapkan, penerapan teknologi Blockchain tersebut sudah bermanfaat dan berjalan sebagaimana mestinya. Meskipun demikian, ia mengungkapkan masih ada beberapa tantangan dalam penerapan teknologi baru ini dalam industri insurtech.
“Kesimpulannya adalah, teknologinya bekerja namun sayangnya perusahaan harus melakukan investasi besar agar proses tersebut lebih seamless dan user friendly,” ujarnya.
Budi dan Chia Hock Lai sepakat bahwa penerapan blockchain saat ini masih dalam tahap awal. Namun, masih diperlukan pengembangan lebih lanjut agar blockchain bisa diterapkan dalam sektor ekonomi seperti insurtech. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra