Jakarta – Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) berencana akan melakukan melakukan tapering off dimulai pada November 2021 dan berlanjut di tahun 2022. Menanggapi hal ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan dampak dari kebijakan tersebut tidak akan terlalu besar bagi para investor di 2022.
Bukannya tanpa alasan, Kepala Divisi Riset dan Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Verdi Ikhwan memandang, bahwa investor domestik Indonesia saat ini memiliki resiliensi untuk meminimalisir dampak dari tapering off. Ia menilai, pasar modal Indonesia terus bertumbuh baik dari sisi demand investor maupun supply dari emiten-emiten baru.
“Ditambah dengan kondisi perekonomian dan penanganan Covid kita yang lebih baik, saya rasa tapering itu isunya tidak setinggi Covid. Covid-19 masih tetap menjadi isu sentral di 2022. Berkaca dari situ kita optimis menghadapi 2022,” jelas Verdi dalam InfobankTalkNews, bertajuk “Outlook Pasar Modal 2022: Momentum Pemulihan Ekonomi dan Imbas Tapering The Fed”, Jumat, 29 Oktober 2021.
Jika kepanikan investor akibat tapering off terjadi, BEI berencana akan lebih aktif dalam melakukan sosialisasi dan edukasi. Tujuannya agar tidak terjadi panic selling diantara para investor.
Apalagi, sebagian besar dari investor di pasar modal adalah generasi muda, seperti Gen Z dan Milenial yang baru saja terjun ke pasar modal, sehingga edukasi lanjutan tetap diperlukan. (*)
Editor: Rezkiana Np