Banyak Direkomendasi Buy, Saham Bank Jago Siap Bangkit?

Banyak Direkomendasi Buy, Saham Bank Jago Siap Bangkit?

Jakarta – PT Bank Jago Tbk (ARTO) akhirnya keluar dari tekanan. Pada perdagangan Selasa (12/10), saham bank digital berbasis ekosistem ini ditutup menguat 2,83% ke level Rp12.700. Nilai transaksi mencapai Rp542 miliar dengan posisi asing melakukan beli bersih (net buy) senilai Rp55,93 miliar di seluruh pasar. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp24,71 miliar dilakukan di pasar negosiasi.

Harga saham Jago sejatinya bergerak galau. Sempat melesat ke level Rp13.000 di awal perdagangan, bank digital yang terintegrasi dengan Gojek dan Bibit.Id ini lalu menyentuh kanvas di Rp12.300 menjelang penutupan sesi 1. Siklus serupa kembali terulang di awal sesi 2 sebelum akhirnya ditutup melesat di Rp12.700.

Penguatan harga saham Jago hari ini berhasil mematahkan siklus penurunan harga selama sebulan terakhir. Sejak emiten penghasil batubara, CPO dan bank besar pesta gila gilaan, abang Jago justru menyelam di kedalaman Rp12.300 dari posisi Rp16.000 pada akhir September.

Direktur Equtor Swarna Investama Hans Kwee menilai penguatan tersebut karena saham Jago sudah masuk fase jenuh jual. “Lebih ke fase jenuh jual sih saya lihat,” kata Hans, Selasa, 13 Oktober 2021.

Seperti diketahui, beberapa waktu terakhir saham Jago telah melemah cukup signifikan, karena derasnya aksi jual saham, khususnya yang dilakukan investor asing. Ketika tekanan jual mereda, investor mulai mengakumulasi kembali saham ini.

Selain itu, Hans menambahkan, asing belakangan cenderung masuk ke bank-bank konvesional karena terpicu bangkitnya sektor komoditas. Nah, dalam perspektif investor, saat ini hanya bank konvesional yang paling banyak menyalurkan kredit ke sektor komoditas, bukan bank digital. Jadi, ketika harga komoditas terbang tinggi, investor beranggapan bank bank besar bakal ikut ketiban berkah.

Fenomena ini menjelaskan mengapa investor melakukan aksi ambil untung (profit taking) dari emiten yang telah menikmati kenaikan harga saham selama pandemi, seperti farmasi, teknologi dan bank digital. Setelah itu, mereka merotasi portofolio dengan memperbanyak saham komoditas, konsumer dan bank besar.

Situasi ini akan tetapi bersifat sementara. Investor tetap menaruh harapan besar terhadap saham bank digital, namun lebih selektif. Bank yang menyandang status fully digital, dan terintegrasi dengan ekosistem, bakal kembali menjadi primadona.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan secara teknikal saham Jago menunjukkan tanda tanda pembalikan arah (reversal).

“Ke depannya kami perkirakan masih rawan koreksi dalam jangka pendek. Saham Jago akan menguji area Rp12.700 terlebih dahulu. Namun demikian, apabila mampu bertahan di atas Rp12.575 sebagai supportnya, maka ARTO berpeluang menguat kembali,” kata Henditya.

Selain itu, pelaku pasar menganggap harga Jago saat ini jauh lebih rendah dari harga beli Ribbit Capital pada saat mengumumkan investasi di Jago. Jadi, investor menilai Jago layak dikoleksi karena telah menjadi portfolio investor kakap sekelas Ribbit, yang terkenal sangat jeli dalam melakukan valuasi. Ibarat kata, investor ritel ikut mengoleksi barang nya Ribbit di harga diskon.

Ke depan, saham Jago masih memiliki banyak ruang untuk menguat kembali. Faktor pemicunya adalah publkasi data kinerja kuartal III – 2021 yang akan dirilis pada akhir Oktober. Beredar rumors Jago akan mencetak profit pada kinerja kuartal III – 2021. Informasi ini telah terendus sejak Jago mencatatkan pertumbuhan kredit yang impresif pada kuartal II lalu dan rasio keuangan yang semakin baik dari waktu ke waktu.

Jika ini terjadi, Jago akan menjadi salah satu bank digital tercepat dalam menghasilkan laba bersih.
Direktur Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira menjelaskan bank digital akan tetap menjadi primadona karena diperkirakan mampu membuat persaingan industri perbankan menjadi lebih efisien, jumlah sektor usaha yang dibiayai pinjaman meningkat, serta mampu menciptakan ekosistem digital yang semakin lengkap.

Kedepan, bank digital yang mampu meningkatkan integrasi layanan dengan platform digital lain, serta mampu menjadi leader dalam inovasi teknologi, berpotensi menjadi market movers.

“Integrasi layanan yang dimaksud misalnya nasabah cukup membuka tabungan bank digital di platform e-commerce, sebaliknya nasabah juga bisa lakukan investasi reksadana saham di bank digital tanpa harus membuka akun baru di platform khusus investasi. Ini akan memberikan user experiences yang berbeda dari bank tradisional,”. Kata Bhima

Berdasarkan konsensus analis di Bloomberg hingga 10 Oktober 2021, sebanyak 14 dari 16 analis memberikan rekomendasi Buy, 1 neutral, dan 1 sell. Dengan harga penutupan 13.700, level harga Bank Jago memiliki potensi upside cukup lebar, berdasarkan target price di konsensus analis Bloomberg. Target price ini berlaku dalam rentang waktu 12 bulan. (*)

Related Posts

News Update

Top News