Jakarta – Bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Bank HSBC Indonesia (HSBC Indonesia) mengumumkan rencana untuk menghapuskan penggunaaan kartu kredit dan debit berbahan plastik sekali pakai. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen global HSBC untuk membangun masa depan yang maju dan berkelanjutan bagi masyarakat dan bisnis, serta merupakan bagian penting dari rencana HSBC untuk memprioritaskan pembiayaan dan investasi yang mendukung transisi menuju ekonomi global rendah karbon yang dicanangkan.
Kartu pembayaran yang terbuat dari 85% plastik daur ulang ini akan diluncurkan secara bertahap di seluruh pasar global, termasuk Indonesia pada pertengahan 2021, bekerja sama dengan produsen kartu global IDEMIA. Transisi ke kartu yang dapat didaur ulang ini akan dilakukan secara bertahap, mulai dari kartu yang diterbitkan untuk nasabah baru, kemudian diikuti dengan penggantian kartu kredit dan debit nasabah lainnya di akhir masa berlaku kartu yang dimiliki nasabah. HSBC adalah bank global pertama yang bermitra dengan IDEMIA untuk meluncurkan kartu rPVC dalam skala global.
François de Maricourt, Presiden Direktur HSBC Indonesia mengatakan, HSBC memiliki tanggung jawab kepada nasabah, karyawan, dan komunitas di lokasi manapun bank ini beroperasi. “Kami menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi juga harus dilakukan secara berkelanjutan jika ingin mencapai kesuksesan dalam jangka panjang. Inisiatif keberlanjutan berbasis Environment, Social, Governance (ESG) HSBC Indonesia, dan peluncuran kartu kredit baru berbahan daur ulang adalah bagian dari upaya kami untuk menjadi bank berkelanjutan terkemuka yang dapat memberikan dampak lingkungan dan sosial yang positif,” katanya, dalam keterangan resmi yang diterima Infobank, Senin, 7 Juni 2021.
HSBC memproduksi 23 juta kartu per tahun di seluruh dunia. Oleh karena itu peralihan ke kartu berbahan baru ini akan menghemat 161 metrik ton emisi karbon HSBC setiap tahunnya, dan pada akhir 2025, peralihan ke rPVC akan menghemat 805 metrik ton emisi karbon – sekitar tujuh setengah kali berat Paus Biru.
Selain itu, dibandingkan dengan kartu pembayaran plastik standar, setiap kartu rPVC yang diterbitkan HSBC akan menghemat 3,1 gram sampah plastik, sehingga perpindahan ke rPVC secara kolektif akan menghemat 71 ton plastik per tahun (seberat pesawat ulang alik) dan selama lima tahun 356 ton plastik (60 kali berat Gajah).
Sementara, Edhi Tjahja Negara, Wealth & Personal Banking Director HSBC Indonesia menegaskan, penggunaan bahan kartu yang ramah lingkungan ini akan membantu nasabah ritel HSBS untuk berperan aktif dalam mengatasi perubahan iklim, serta menginspirasi pelaku industri lainnya untuk juga memikirkan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk dapat berkontribusi.
“HSBC secara global memproduksi jutaan kartu per tahun, oleh karena itu meski perubahan ini tampak sepele, langkah ini berdampak besar dalam hal mengurangi volume plastik yang kami produksi. Kami bangga menjadi salah satu pionir yang memulai perpindahan kartu pembayaran ke materi daur ulang (rPVC),” tukas Edhi Tjahja.
Penelitian yang dilakukan Mintel terhadap konsumen di seluruh dunia untuk HSBC menunjukkan mayoritas (77%) konsumen setuju bahwa ‘perusahaan jasa keuangan memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih berkelanjutan’. Lebih lanjut, survei global, yang dilakukan untuk IMEDIA oleh Dentsu, menemukan bahwa sebagian besar konsumen (92%) berpendapat bahwa bank mereka harus berkontribusi secara aktif untuk melestarikan planet ini, dan mayoritas (87%) mengharapkan bank mereka menawarkan kartu ramah lingkungan.
Selama 2021, HSBC secara global akan terus mengembangkan kartu pembayarannya menggunakan materi yang berkelanjutan – bergerak dari 85% rPVC menjadi 100% rPVC, dan terus mengevaluasi bahan kartunya selama lima tahun ke depan, untuk mempertimbangkan alternatif bahan baku lainnya yang dapat digunakan sebagai bahan dasar kartu kredit, seperti jagung. (*) Ari Nugroho