Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatatkan aliran modal asing masuk di awal tahun 2021 atau year to date (ytd) senilai Rp22,14 triliun. Angka tersebut berasal dari berbagai instrumen diantaranya pasar Surat Berharga Negara (SBN) maupun Saham.
“Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd) nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto sebesar Rp22,14 triliun,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melalui siaran pers, Jumat 29 Januari 2021.
Sementara itu, berdasarkan data transaksi pada 25 hingga 28 Januari 2021, BI mencatat aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik mencapai Rp750 miliar. Capaian tersebut terdiri dari pasar SBN senilai Rp200 miliar, sementara di pasar saham sebesar Rp550 miliar.
Dalam laporan yang sama Erwin mengungkapkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Januari 2021. Dimana perkembangan harga pada bulan Januari 2021 diperkirakan inflasi sebesar 0,34% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Januari 2021 secara tahun kalender sebesar 0,34% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,64% (yoy).
Erwin menyatakan, penyumbang utama inflasi yaitu cabai rawit sebesar 0,10% (mtnm), tempe dan tahu masing-masing sebesar 0,03% (mtm), tarif angkutan antarkota sebesar 0,02% (mtm), kangkung, bayam, daging sapi, daging ayam ras, kacang panjang, cabai merah, ikan kembung, emas perhiasan, nasi dengan lauk dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
“Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas telur ayam ras sebesar -0,06% (mtm) dan bawang merah sebesar -0,02% (mtm),” tambah Erwin.
Ke depannya, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan. (*)
Editor: Rezkiana Np