Jakarta – Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto optimis tahun 2021 merupakan peluang untuk pemulihan ekonomi Indonesia, hal tersebut juga didukung dengan sejumlah indikator yang terlihat pada akhir 2020.
“Izinkan saya menyampaikan kembali pesan dan keyakinan Presiden Joko Widodo, bahwa Tahun 2021 akan menjadi tahun yang penuh peluang, tahun opportunity, tahun pemulihan ekonomi nasional, dan pemulihan ekonomi global. Pada tahun 2021 adalah saat yang tepat untuk kembali bekerja, kembali mengembangkan usaha, dan optimis memanfaatkan peluang,” ujar Airlangga di Outlook Perekonomian Indonesia “Meraih Peluang Pemulihan Ekonomi 2021”, Selasa 22 Desember 2020.
Dirinya mengungkapkan, sejumlah peluang yang mendorong pemulihan ekonomi mulai bermunculan di akhir 2020 antara lain penguatan nilai tukar rupiah dan pasar saham. IHSG terus bergerak naik dari level 5.400 menjadi 6.165,62 pada penutupan pasar per 21 Desember 2020, dan nilai tukar rupiah berada di level Rp14.130/US$.
“Bahkan JP Morgan memprediksi IHSG bisa mencapai 6.800 pada tahun 2021,” ucap Airlangga.
Peluang lain yang akan membantu pemulihan ekonomi di tahun 2021 lanjut Airlangga ialah perbaikan tingkat harga komoditas utama Indonesia di pasar global, serta perluasan akses pasar sebagai akibat dari kerjasama perdagangan luar negeri yang dibangun bersama.
Dalam harga komoditas, ada pemulihan harga komoditas utama Indonesia di pasar global, seperti CPO dan Nikel. Pulihnya harga komoditas ini akan memberikan dampak multiplier yang besar terhadap aktivitas ekonomi domestik sehingga dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Menurutnya, tren perbaikan yang terlihat pada konsumsi domestik dan inflasi, memperkuat fondasi pemulihan ekonomi dari sisi demand. Permintaan domestik dan keyakinan konsumen yang membaik, memicu aktivitas produksi domestik.
“Di sisi supply, di tengah kontraksi yang terjadi, masih terdapat sektor yang mampu bertahan dan tumbuh di sepanjang tahun 2020, seperti sektor Pertanian; Informasi dan Komunikasi; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; serta Jasa Pendidikan,” paparnya.
Terakhir, peluang lain yang harus dimanfaatkan Indonesia kedepan adalah aktivtas perdagangan internasional yang semakin terintegrasi, melalui perjanjian RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) secara luas, oleh seluruh 10 negara ASEAN dan 5 Mitra dagang besar. Selain itu juga ada kerjasama Indonesia-EFTA, CEPA-Australia, Indonesia-Korea CEPA, serta fasilitas GSP (Generalized System of Preference) yang akan ditingkatkan menjadi LTA (Limited Trade Agreement). (*)
Editor: Rezkiana Np