Jakarta – Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2020 mencatat inflasi 0,28% (mtm), lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 0,07% (mtm). Dengan begitu Bank Indonesia (BI) memandang perkembangan ini dipengaruhi oleh inflasi inti yang tetap rendah di tengah kenaikan inflasi kelompok volatile food dan kelompok administered prices.
“Dengan begitu secara tahunan, inflasi IHK November 2020 tercatat 1,59% (yoy), sedikit meningkat dari inflasi bulan lalu sebesar 1,44% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi sesuai kisaran targetnya,” kata Direktur Departemen Komunikasi Junanto Herdiawan melalui keterangan resminya di Jakarta, Selasa 1 Desember 2020.
Tercatat, inflasi inti November 2020 sebesar 0,06% (mtm) atau relatif stabil dibandingkan dengan inflasi bulan Oktober 2020 sebesar 0,04% (mtm). BI menilai, inflasi inti yang tetap rendah dipengaruhi oleh kenaikan inflasi kelompok pengeluaran pakaian dan alas kaki, kesehatan, dan pendidikan, di tengah deflasi komoditas emas perhiasan sejalan dengan perlambatan harga emas dunia.
Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 1,67% (yoy), melambat dibandingkan dengan inflasi Oktober 2020 sebesar 1,74% (yoy). Inflasi inti yang tetap rendah tidak terlepas dari pengaruh permintaan domestik yang belum kuat, konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi pada kisaran target, harga komoditas dunia yang rendah, dan stabilitas nilai tukar yang terjaga.
Sementara itu, kelompok volatile food tercatat inflasi 1,31% (mtm) pada November 2020, lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,40% (mtm). Peningkatan tekanan inflasi kelompok volatile food terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras, komoditas hortikultura karena faktor musiman, dan minyak goreng akibat kenaikan harga crude palm oil (CPO) global.
Inflasi kelompok volatile food yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi komoditas beras dan daging sapi seiring pasokan yang terjaga. Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 2,41% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 1,32% (yoy).
Kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,16% (mtm), setelah mengalami deflasi berturut-turut pada empat bulan sebelumnya. Perkembangan ini terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara sejalan dengan permintaan yang mulai meningkat. Di sisi lain, tekanan inflasi tertahan oleh deflasi komoditas tarif listrik sebagai dampak penyesuaian tarif listrik pada golongan pascabayar. Secara tahunan, kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,56% (yoy), lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,46% (yoy). (*)
Editor: Rezkiana Np