Jakarta – PT PP (Persero) Tbk, mengikuti kegiatan BUMN Millennial Innovation Summit (MIS) 2020 yang diselenggarakan oleh Kementerian BUMN. BUMN MIS 2020 merupakan ajang temu inovasi dan penghargaan bagi para pekerja muda di lingkungan BUMN.
Salah satu terobosan yang dilakukan
dengan terselenggaranya acara tersebut, yaitu memperkuat ekosistem inovasi di tiap BUMN secara merata. Selain itu, acara tersebut juga mendorong peran generasi milenial di BUMN untuk dapat berkontribusi untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi perusahaan.
Dengan adanya kegiatan millenial atau pekerja muda di perusahaan BUMN diharapkan mampu menjadi agen pembangunan bangsa yang membanggakan. Dalam acara tersebut, insan muda Perseroan berhasil keluar sebagai Runner Up Social Innovation
membawa nama baik perusahaaan.
Setelah melalui proses penjurian yang cukup ketat, seluruh finalis Millennial Innovation Summit berhak mempresentasikan inovasi terbaik yang dimilikinya di hadapan Menteri BUMN RI Erick Thohir dan para Direksi BUMN. Acara yang diselenggarakan pada hari Sabtu (01/08) juga turut dihadiri oleh Direktur Utama Perseroan Novel Arsyad dan Direktur Operasi 3 Perseroan Eddy Herman. Inovasi sistem pertanian hidropnonik yang menggunakan energi terbarukan di Pulau Sumba membawa Tim Perseroan meraih Juara 2 dalam kategori Social Innovation.
Sebelumnya, Perseroan berhasil masuk sebagai 3 (tiga) besar kategori Social Innovation dari 8.000 (delapan ribu)
inovasi yang diikuti oleh seluruh BUMN di Indonesia. Sistem pertanian hidroponik ini didapuk dapat meningkatkan permasalahan pangan, air, dan listrik di Pulau Sumba yang terletak di Nusa Tenggara Timur.
“Kami bangga Tim Perseroan dapat keluar sebagai Runner Up Social Innovation dalam acara BUMN Millennial Innovation Summit 2020. Rangkaian kegiatan ini dilakukan untuk mendorong tumbuhnya budaya inovasi dan segala bentuk pengembangan terbaik dari generasi milenial yang berkarya di masing-masing BUMN. Kami sangat mendukung kegiatan ini dimana dalam kegiatan ini dapat mendorong para generasi muda BUMN untuk dapat memberikan inovasi terbaiknya,” ujar Novel Arsyad selaku Direktur Utama Perseroan kepada media.
Merebaknya penyebaran wabah pandemi Covid-19 di Indonesia dan seluruh dunia sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Salah satu yang berpengaruh dengan adanya wabah tersebut, yaitu akan adanya ancaman kelangkaan bahan pangan. Petani menjadi golongan rentan terdampak dalam fenomena ini, karena mereka adalah produsen bahan pangan yang menjadi tumpuan semua orang.
Untuk membantu para petani menghadapi wabah pendemi ini, ekstensifikasi dengan pemanfaatan lahan non pertanian yang semakin meningkat serta dengan intensifikasi pertanian merupakan usaha
pendukung yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian terutama sayuran.
Pemanfaatan lahan non pertanian dapat didukung dengan intensifikasi pertanian, salah satunya yaitu teknologi hidroponik. Teknologi hidroponik adalah inovasi dalam budidaya tanaman tanpa media tanah namun memanfaatkan nutrisi, air, serta bahan yang porus sebagai media tanam. Untuk meminimalisir kondisi lingkungan non ideal bagi tanaman, teknologi hidroponik terbukti sangat efisien dan dapat menjadi
solusi.
Dengan kondisi geografis pulau Sumba yang sebagian besar berupa perbukitan dan curah hujan yang rendah, mayoritas warganya menggantungkan kebutuhan air melalui sumber-sumber mata air seperti sungai atau sumur yang sangat dalam.
Sementara itu, di sepanjang pesisir pantai telah tersedia air laut yang sangat melimpah. Ketika air laut yang dikonversi menjadi air bersih melalui proses reverse osmosis, hasil air bersih ini sangat bagus untuk pengairan hidroponik. Sehingga pemilihan teknologi Reverse Osmosis (RO) adalah salah satu opsi yang tepat. Selain itu, apabila hasil air RO berlebih, maka dapat dimanfaatkan sebagai sumber air cadangan bagi warga sekitar.
Pada tahun 2019, Dirjen EBTKE merilis infografis yang berisi Prognosis rasio elektrifikasi dimana sampai dengan Agustus 2019 telah mencapai angka 98,86%. Dalam infografis tersebut, dapat dilihat bahwa rasio elektrifikasi provinsi NTT adalah 73% yang merupakan nilai terendah di Indonesia di bawah Papua (Kementerian ESDM, 2019). Padahal, nilai irradiance sinar matahari di Sumba di atas 5 kWh/m2 dan potensi kapasitas solar panel terpasang di wilayah Sumba sendiri adalah yang tertinggi di Indonesia, yaitu mampu menghasilkan lebih dari 4,2 kWp daya listrik (Solar GIS, 2018).
Maka dari itu, dapat disimpulkan
bahwa solar panel adalah teknologi yang tepat untuk diterapkan sebagai sumber energi terbarukan dalam menjalankan operasi greenhouse. Solar panel yang akan dipasang pada greenhouse ini, selain
digunakan untuk kelistrikan greenhouse, diharapkan warga sekitar dapat memanfaatkannya juga untuk menjalankan kehidupan sehari-hari.
Dalam Social Innovation tersebut, Tim Perseroan mengajukan paparan untuk pengembangan sistem pertanian hidroponik yang menggunakan sistem hybrid sebagai sumber energi listrik yang terdiri dari Grid PLN dan energi terbarukan menggunakan panel surya. Untuk memenuhi kebutuhan air, pertanian hidroponik yang akan dibangun akan dilengkapi dengan reverse osmosis yang dapat menyuling air laut menjadi air bersih. Sehingga, inovasi “Automatic Solar Hydroponic with Reverse Osmosis: Actualizing Renewable Energy Project For Sustainable Agriculture To Relieve Hunger In Sumba Island” merupakan salah satu inovasi yang tepat untuk mengatasi permasalahan pangan, air dan listrik di Pulau Sumba. (*)