Jakarta – Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip menilai, terdapat tiga sektor lini usaha yang membuat kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) perbankan membengkak. Ketiga sektor tersebut ialah Pengolahan, Kontruksi dan Perdagangan.
Sunarsip menambahkan, ketiga sektor tersebut tercatat memiliki marker share yang cukup besae terhadap penyaluran kredit perbankan.
“Kita bicara npl skrng, sekarang naik dari 2,37 persen pada Agustus sekarang sudah 2,66 persen pada September. Lalu sektor yang NPLnya tinggi berada pada sektor pengolahan yang NPLnya 3,65 persen, sektor perdagangan 3,88 persen serta terakhir kontruksi 3,55 persen,” kata Sunarsip di Jakarta, Jumat 6 Desember 2019.
Ia menambahkan, share penyaluran kredit ketiga segmen tersebut terhadap keseluruhan kredit bank cukup tinggi. Sebut saja sektor pengolahan memiliki share 16,61 persen, sementara sektor perdagangan memiliki share 18,14 persen dan terkahir ialah sektor kontruksi sebesar 6,65 persen.
Dirinya pun tak menyangkal bila kasus gagal bayar Duniatex Group cukup mempengaruhi angka kredit macet pada akhir tahun ini. Dimana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat utang Duniatex secara grup mencapai Rp22 triliun yang berasal dari kreditur bank maupun non bank.
Sebagai informasi, hingga Oktober 2019 saja OJK Rasio NPL terpantau masih meningkat menjadi sebesar 2,73 persen yang sebelumnya 2,66 persen sedangkan untuk NPL net 1,21 persen. Meski begitu OJK menilai angka tersebut masih jauh di bawah threshold. Sementara rasio NPF bahkan mencatatkan penurunan dari bulan sebelumnya di level 2,5 persen (NPF net 0,44 persen). (*)
Editor: Rezkiana Np