Jakarta – Pergerkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini (15/11) diprediksi melemah terbatas seiring dengan masih adanya kekhawatiran negosiasi dagang AS-Tiongkok serta adanya perlambatan ekonomi Tiongkok.
Hal tersebut disampaikan Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra kepada Infobank. Menurutnya pasar memprediksi kesepakatan dagang keduabelah pihak akan berlangsung berlarut-larut.
“Sementara itu sentimen pelambatan ekonomi Tiongkok dan hari ini pengumuman data neraca perdagangan Indonesia bulan Oktober akan menjadi market mover yang menekan rupiah karena perkiraan yang defisit,” kata Ariston di Jakarta, Jumat 15 November 2019.
Ariston menambahkan, pada data neraca perdagangan RI bulan Oktober diprediksi masih akan detisit. Dimana pasar sebelumnya telah memprediksikan neraca dagang bakal defisit walau dalam realisasinya surplus.
“Bila hasil aktual defisit lebih besar dari perkiraan, rupiah bisa tertekan lebih dalam. Perkiraan USD ke IDR hari ini di 14.020 hingga 14.120,” tukas Ariston.
Sebelmunya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan neraca perdagangan Indonesia pada bulan Oktober telah mengalami surplus US$ 160 juta. Sementara pada pembukaan perdagangan hari ini (15/11) Kurs Rupiah berada di level Rp14.072/US$ posisi tersebut menguat bila dibandingkan pada penutupan perdagangan kemarin (14/11) yang masih berada di level Rp14.087/US$. (*)
Editor: Rezkiana Np