Semarang – Tantangan yang dihadapi industri perbankan semakin berat. Adapun tantangan yang dimaksud antara lain adalah semakin ketatnya persaingan bisnis perbankan dan berkembangnya teknologi digital yang kemudian melahirkan perusahaan-perusahaan keuangan berbasis teknologi (fintech). Kehadiran fintech ini kemudian mendisrupsi bisnis perbankan dan jasa keuangan tradisional lainnya. Lalu, ada juga tantangan dari sisi makro ekonomi global dan domestik yang sedang dalam ketidakpastian di beberapa tahun terakhir ini.
“Terlebih, size industri perbankan juga kian besar, yang kini sudah beraset lebih dari Rp9.000 triliun. Jadi makin hari makin tidak mudah mengelolanya,” kata Heru Kristiyana, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dalam pertemuan dengan sejumlah redaktur media massa di Semarang, Jumat, 1 November 2019.
Heru menambahkan, untuk menghadapi tantangan yang semakin berat, perbankan harus memperkuat daya tahannya. Hal ini yang paling kelihatan adalah sisi permodalan. Tetapi, harus diakui juga, bank-bank di Indonesia sangat variatif kekuatan modalnya. Bahkan ada jarak yang cukup jauh antara bank-bank besar dengan bank-bank kecil.
“Yang kita arahkan adalah penguatan modal. Ini ada beberapa cara, salah satunya merger, konsolidasi. Ini sudah dilakukan sejumlah bank,” ujar Heru.
Karena itu, lanjut Heru, akan sangat baik jika bank-bank besar bisa membantu bank-bank kecil, misalnya dengan mengakuisisi dan mengupayakan penguatan terhadap bank-bank itu.
“Kita ‘kan ada bank-bank yang besar, modal kuat, kenapa tidak mereka bantu yang kecil. Yang besar bisa membina yang kecil dalam hal konsolidasinya. Yang kecil diambil dibuat bank khusus, misalnya jadi bank digital, itu ‘kan bagus. Konsolidasi terjadi,” pungkas Heru. (Ari Nugroho).