Beijing – Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita memulai serangkaian langkah lobi di China. Ini dilakukan untuk mendongkrak ekspor dengan negeri raksasa itu. Komoditas yang diharapkan menjadi pendongkrak neraca ini adalah CPO, buah-buahan, dan sarang burung walet
Kunjungan Mendag ke China tersebut sejalan dengan Istana dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mendesak Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk mendongkrak nilai ekspor ke negara-negara baru, serta memanfaatkan kondisi perang dagang Amerika Serikat-China.
Sebagai langkah awal, Mendag melakukan pertemuan perdana dengan perkumpulan pengusaha dalam forum investasi, untuk menaikkan ekspor sarang burung walet ke sana. Diharap, dari kesempatan yang diberikan pihak China, Indonesia bisa memanfaatkan lobi, untuk mendapatkan setidaknya US$1 miliar per tahunnya dari ekspor tersebut.
“Kalau kita bisa full speed produksi dan ekspor, ini kita bicara nilai US$1 milar annually. Tetapi kini masih terbatas,” ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto dalam pernyataannya di Beijing, Kamis, 18 Juli 2019.
Untuk diketahui, Indonesia merupakan produsen sarang burung walet terbesar di dunia. Sedangkan China adalah konsumen terbesar sarang burung walet secara global. Sayangnya, China lebih banyak mengenal produk sarang burung walet sebagai produksi dari Vietnam dan Malaysia.
Produksi sarang burung walet Indonesia setiap tahunnya mencapai 1.500 ton. Dari jumlah tersebut, hampir seluruhnya atau sekitar 99% diekspor ke berbagai negara, utamanya China. Hanya saja, ekspor langsung ke China yang tercatat hanya sekitar 5%, sisanya banyak dijual mentah ke Vietnam, Malaysia dan Hongkong untuk kemudian diolah dan di ekspor ke China.
Berdasarkan data yang dimiliki Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPBSI), ekspor produk sarang burung walet yang tercatat secara resmi ke China baru sebesar 70 ton pada 2018, naik dari 2017 yang mencapai 52 ton dan pada 2016 sebesar 23 ton. Nilai ekspor tersebut, masih di bawah kuota ekspor produk sarang burung walet yang diberikan Pemerintah China per tahunnya yang mencapai 150 ton.
“Kita harus push ini meningkat secara tajam. Dan, ini adalah kesempatan besar. Mereka minta kita untuk bicara di depan perkumpulan pengusaha. Untuk mengatur waktu khusus dengan mereka, sangat sulit. Ini adalah kesempatan berbicara dengan mereka semua dalam satu forum,” lanjut Enggar.
Mendag menjelaskan, rangkaian lobi ini mutlak diperlukan untuk menaikkan neraca perdagangan. Dia berharap, dengan kesempatan yang diberikan hari ini oleh Forum pengusaha, lndonesia bukan hanya bisa mengatasi tren penurunan ekspor.
Selain sarang burung wallet, rangkaian lobi ini juga dilakukan untuk upaya meningkatkan ekspor CPO ke negeri tirai bambu. Dalam pertemuan tingkat kepala negara, Presiden China Xi Jinping dengan Presiden Jokowi membahas kenaikan ekspor 500 ribu ton CPO dari Indonesia ke China. Namun, Mendag akan berupaya bernegosiasi agar nilai itu bisa naik menjadi 1 juta ton CPO pertahunnya.
“Secara value, harusnya kita juga menegaskan kepada mereka, untuk bagaimana meningkatkan impor CPO dari kita sebesar 500 ribu ton. Itu kan harus dikejar. Saya harus melakukan itu, karena itu kan baru komitmen. Valuenya dari CPO ini kita sudah dapat komitmen dari pertemuan Pak Presiden dengan Presiden Xi Jinping ada tambahan di atas 500 ribu ton impor untuk CPO. Saya akan nawar ke mereka untuk bisa 1 juta ton, dengan lobi face to face,” katanya.
Ia meyakini, lobi intens dengan face to face, bertemu dengan pemerintah dan pengusaha-pengusaha secara langsung, hasilnya berbeda. Hal yang sama pernah dilakukannya dengan Turki, India, dan Chile.
Ekonom Universitas Sam Ratulangi Agus Tony Poputra pun mengapresiasi langkah Kemendag. Ia menilai, tindakan cepat tanggap Kemendag dalam mendorong ekspor tiga komoditas tersebut merupakan langkah yang tepat. Menurutnya, CPO, sarang burung walet, dan buah-buahan adalah kooditas yang masih sangat dibutuhkan masyarakat China.
“Apalagi buah-buahan tropikal. itu dibutuhkan di sana. Di sana kan nggak ada buah-buahan tropikal kayak pisang, nanas, dan sebagainya. Itu cocok kita masuk ke China,” ujar Agus.
Sementara itu, Staf Khusus Presiden bidang ekonomi Ahmad Erani Yustika menambahkan, Presiden Jokowi selalu menekankan agar ekspor terus ditingkatkan. “Presiden ingin kinerja perdagangan diperbaiki, baik dengan meningkatkan ekspor ke negara tradisional maupun nontradisional dan mengendalikan impor, salah satunya dengan cara menginisiasi industri substitusi impor,” kata Erani. (*)