Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat kredit perbankan yang disalurkan pada bulan Oktober 2018 sebesar Rp5.188,6 triliun atau tumbuh 13,1% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya tumbuh 12,4% (yoy).
Berdasarkan data uang beredar BI yang dikutip di Jakarta, Jumat, 30 November 2018 menunjukkan, peningkatan penyaluran kredit tersebut terjadi pada debitur korporasi dan debitur perorangan dengan pangsa masing-masing 50,1% dan 45,5% dari total kredit.
Terlihat untuk pertumbuhan kredit korporasi tercatat sebesar 15,9% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 14,3% (yoy). Hal ini mengindikasikan kegiatan ekonomi yang akan meningkat signifikan baik dalam investasi maupun kegiatan usaha.
Sementara itu, kredit untuk debitur perseorangan dengan pangsa 45,5% dari total kredit tercatat tumbuh melambat dari 10,4% (yoy) menjadi 10,0% (yoy) pada bulan berjalan. Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi.
Kredit Modal Kerja (KMK) tercatat tumbuh meningkat dari 13,6% (yoy) menjadi 14,1% (yoy) terutama disebabkan oleh akselerasi penyaluran KMK pada sektor konstruksi dan sektor industri pengolahan. KMK Sektor Konstruksi mencatat akselerasi pertumbuhan dari 13,9% (yoy) menjadi sebesar 19,1% (yoy).
Akselerasi tersebut terutama didorong oleh KMK yang disalurkan kepada konstruksi jalan tol di Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Akselerasi pertumbuhan juga didorong oleh KMK yang disalurkan untuk sektor industri pengolahan yang tercatat mengalami kenaikan dari 13,9% (yoy) menjadi 15,4% (yoy) khususnya pada subsektor industri pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi serta subsektor industri semen, kapur, dan gips di wilayah Banten dan Sulawesi Utara.
Sementara untuk Kredit investasi (KI) tumbuh dari sebesar 11,4% (yoy) menjadi 13,1% (yoy) pada bulan Oktober 2018 terutama disebabkan oleh akselerasi pertumbuhan kredit sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan.
Pertumbuhan KI pada sektor pengangkutan dan komunikasi juga terutama didorong oleh subsektor angkutan laut domestik di wilayah
DKI Jakarta dan Kepulauan Riau. Sementara pertumbuhan sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan disebabkan oleh peningkatan kredit pada subsektor perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau dan Jambi.
Di sisi lain, kredit konsumsi (KK) pada Oktober 2018 tumbuh 11,4% (yoy), sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 11,5% (yoy) yang disebabkan oleh perlambatan penumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan kredit multiguna (yoy).
Sejalan dengan akselerasi penyaluran kredit, kredit properti tumbuh lebih tinggi dari 14,8% (yoy), menjadi 16,7% (yoy), terutama pada kredit konstruksi dan kredit real estat.
Pertumbuhan kredit real estat bulan Oktober 2018 tercatat sebesar 13,0% (yoy) dari 10,0% (yoy) pada bulan sebelumnya, disebabkan oleh perlambatan pada real estat gedung perbelanjaan seperti Mal atau Plaza di wilayah Banten dan Jawa Timur. Sementara itu, kredit KPR dan KPA tercatat melambat dari 14,5% pada September 2018 menjadi 13,9% (yoy) pada bulan laporan.
Sedangkan penyaluran kredit kepada sektor UMKM Oktober 2018 tercatat mengalami peningkatan. Posisi kredit UMKM Oktober 2018 tercatat sebesar Rp951,8 triliun atau tumbuh 11,0% (yoy), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh 9,4% (yoy).
Kenaikan kredit UMKM terjadi baik dalam bentuk modal kerja maupun investasi. Berdasarkan skala usahanya, pertumbuhan kredit untuk skala mikro mendorong pertumbuhan kredit UMKM dengan pertumbuhan 18,2% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya 15,3% (yoy), disusul oleh kredit usaha menengah dan kredit usaha kecil yang masing-masing meningkat dari 5,2% (yoy) dan 10,9% (yoy) menjadi sebesar 6,8% (yoy) dan 11,7% (yoy) pada Oktober 2018. (*)