Jakarta – Bank Indonesia (BI) menilai, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam sepekan terakhir, didorong oleh beberapa faktor baik dari internal maupun eksternal yang memberikan sentimen positif terhadap pergerakan rupiah. Pada perdagangan Kamis (8/11), rupiah ditutup menguat 58 poin atau 0,39% ke posisi Rp14.533 per dolar AS.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, faktor dalam negeri yang memberikan sentimen positif terhadap rupiah salah satunya yakni pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2018 yang masih tumbuh 5,17 persen. Selain itu, menguatnya kurs rupiah ini tidak terlepas dari implementasi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) atau perdagangan mata uang berjangka di pasar valas dalam negeri.
“Mulai berlakunya dan beroperasinya DNDF yaa pemantauan kami DNDF itu berkembang cukup baik supply demandnya cukup berkembang, sehingga ini menambah pendalaman pasar keuangan dalam negeri,” ujar Perry di Gedung BI, Jakarta, Junat, 9 November 2018.
Pasar DNDF ini diyakini akan terus berkembang karena akan menambah instrumen lindung nilai terhadap risiko fluktuasi kurs dengan biaya yang efisien tanpa penyerahan dalam mata uang dolar AS, tapi berupa selisih antara kurs DNDF dengan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate yang dibayarkan dalam rupiah. Dengan Ilinstrumen ini, juga membuktikan bahwa rupiah cenderung stabil.
“Volume kalau sejak dikeluarkan DNDF itu volume akumulasinya sekitar US$115 juta dan supply demandnya juga sangat seimbang dan membaik yang kita lihat ini memang mekanisme pasar. Dan ini menunjukkan confidence terhadap kebijakan yang ditempuh BI,” ucap Perry.
Dia mengungkapkan, kebijakan BI terhadap nilai tukar rupiah ini sesuai dengan mekanisme pasar perkembangan rupiah. “Kami sampaikan bahwa dari sisi perkembangan nilai tukar sesuai mekanisme pasar supply demand nya sangat baik kami terima kasih ke perbankan korporasi sejumlah pemodal asing pun transaksi di DNDF itu jadi ingin kami sampaikan,” paparnya.
Sementara dari faktor eksternal, lanjut dia, yakni sudah meredanya ketegangan perang dagang antara Amerika dan China maupun faktor lain terkait dengan perekonomian di China juga telah memberikan sentimen positif terhadap mata uang rupiah yang dalam sepekan ini cenderung menguat dan stabil terhadap dolar AS. “Ini semuanya sekali lagi sesuai dglengan mekanisme pasar,” tutupnya. (*)