Jakarta–Kunjungan kerja Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ke Singapura akhir pekan lalu (4/12) berhasil mengantongi minat investasi US$165 juta. Minat investasi tersebut berasal dari dua sektor yakni telekomunikasi sebesar US$150 juta dan farmasi sebesar US$15 juta.
Kepala BKPM Franky Sibarani menyatakan, Investor Singapura di bidang farmasi itu akan diarahkan untuk memanfaatkan layanan izin investasi 3 jam di BKPM. Menurutnya, dari hasil pertemuan one-on-one meeting yang dilakukan di Singapura tercatat minat investasi dari sektor farmasi sebesar US$15 juta.
“Investasi dari sektor farmasi ini akan diarahkan untuk memanfaatkan layanan izin investasi 3 jam di BKPM,” ujar Franky dalam keterangannya, di Jakarta, Minggu, 6 Desember 2015.
Franky mengungkapkan, bahwa perusahaan farmasi Singpuran ini, memiliki database di India dengan tenaga kerja mencapai 12.000 di seluruh dunia. Perusahaan juga didukung oleh 600 peneliti dengan penetrasi produk yang telah dipasarkan di 18 negara eropa dan lebih dari 30 negara di dunia.
“Produknya melindungi sel yang tidak kena kanker tetap hidup dan menjaadikan sel kanker sebagai target untuk dimusnahkan,” tukasnya.
Lebih lanjut, Franky menjelaskan, bahwa investor potensial tersebut merupakan perusahaan pertama di dunia yang memulai nano technology di bidang farmasi. “Indonesia dipilih karena merupakan pasar yang besar ditambah ASEAN,” ungkapnya.
Indonesia sendiri, menurut Franky juga membutuhkan investasi di bidang farmasi untuk mendorong transfer teknologi. Namun demikian, perusahaan juga menyampaikan beberapa catatan terkait rencana investasi di Indonesia.
“Concern terbesar dari perusahaan adalah izin dari kementerian teknis yang dinilai cukup memakan waktu. Oleh karena itu, BKPM mendorong pemanfaatan layanan 3 jam karena di atas US$8 juta,” ucap Franky.
Singapura merupakan salah satu sumber foreign direct invesment (FDI) terbesar di Indonesia. Dari catatan BKPM, sejak tahun 2010 hingga kuartal ketiga tahun 2015, FDI dari Singapura mencapai hampir US$30 miliar yang terdiri dari 6.868 proyek.
Jumlah tersebut merupakan kontribusi dari beberapa sektor di antaranya sektor transportasi, pergudangan dan telekomunikasi, pertanian dan perkebunan, pertambangan, industri makanan, industri mineral dan bukan metal, serta ketenagalistrikan, gas dan air.
Dari data yang dirilis oleh BKPM periode Januari-September 2015, Singapura merupakan negara dengan peringkat teratas dengan nilai investasi mencapai US$3,5 miliar, kemudian disusul dengan Malaysia US$2,9 miliar, Jepang US$2,5 miliar, setelah itu Korea Selatan US$1 miliar dan Belanda US$0,9 miliar. (*) Rezkiana Nisaputra