Jakarta – Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) akan meningkat pada kuartal III 2018 dibanding kuartal II 2018. Meski meningkat, namun menurut BI besarannya tidak akan melebihi 3,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Jakarta, Jumat, 26 Oktober 2018. Dirinya menyebut, defisit transaksi berjalan yang meningkat ini masih wajar, lantaran masih terpengaruhi defisit perdagangan migas yang terjadi selama Juli dan Agustus 2018
Sementara, kebijakan pengendalian impor seperti penerapan perluasan biodiesel B20 dan peningkatan tarif pajak penghasilan barang impor, kata dia, baru akan terasa pada September 2018. “Jadi masih wajar di kuartal III 2018, defisit di atas tiga persen, tapi tidak melebihi di 3,5 persen PDB,” ucap Perry.
Adapun defisit transaksi berjalan pada kuartal II tercatat sebesar 3 persen dari PDB, atau meningkat dibanding kuartal I 2018 yang sebesar 2,1 persen dari PDB. Meski mengalami peningkatam di paruh ketiga tahun ini, Bank Sentral meyakini, bahwa defisit transaksi berjalan akan menurun di kuartal terakhir 2018.
“Kami melihat defisit transaksi berjalan masih di bawah 3 persen dari PDB untuk keseluruhan tahun 2018,” paparnya.
Sementara pada tahun depan, Bank Sentral memproyeksi defisit transaksi berjalan akan kembali turun di kisaran 2,5 persen PDB. Dengan membaiknya defisit transaksi berjalan ini, BI memproyeksi laju pertumbuhan ekonomi masih berada pada rentang 5,0-5,4 persen (yoy) sepanjang tahun ini, namun berada di bias bawah rentang tersebut. (*)