Poin Penting
- IHSG dibuka menguat 0,24 persen ke level 8.080,42 dengan 309 saham naik, 70 terkoreksi, dan 211 stagnan; nilai transaksi mencapai Rp484,42 miliar.
- Tekanan aksi profit taking dan outflow asing Rp1,7 triliun, terutama di saham big banks, berpotensi menahan laju IHSG.
- PMI Manufaktur RI turun tipis ke 50,4 tetap ekspansif, sementara global bervariasi: Wall Street menguat terbatas dan PMI Tiongkok masih kontraksi di 49,8.
Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka hijau pada level 8.080,42 dari posisi 8.061,06 atau menguat 0,24 persen pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (1/10).
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan pasar saham hari ini, sebanyak 563,77 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 42 ribu kali, serta total nilai transaksi mencapai Rp484,42 miliar.
Kemudian, tercatat terdapat 70 saham terkoreksi, 309 saham menguat, dan 211 saham tetap tidak berubah.
Baca juga: Dana Asing Kembali Outflow Rp1,25 Triliun, Saham Bank Ini Terbanyak Dilego
Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, melihat IHSG secara teknikal pada hari ini diprediksi bergerak variatif dalam rentang level 7.990-8.100.
“Pada perdagangan kemarin, Selasa (30/9) IHSG ditutup melemah 0,77 persen atau turun 62,18 poin ke level 8.061. IHSG hari ini (1/10) diprediksi bervariasi dalam range 7.990-8.100,” ucap Ratih dalam risetnya di Jakarta, 1 Oktober 2025.
Ia melihat pergerakan IHSG hari ini bakal dipengaruhi oleh dari dalam negeri yang dilanda aksi profit taking sejalan dengan outflow investor asing di seluruh pasar ekuitas senilai Rp1,7 triliun. Saham big banks memimpin outflow, sekaligus menekan laju IHSG.
Lalu, Rupiah JISDOR terdepresiasi ke level Rp16.692 per USD (30/9). Jika diakumulasi pergerakan IHSG sepanjang September 2025 naik 2,94 persen atau plus 13,86 persen ytd.
Di sisi lain, indeks PMI Manufaktur domestik edisi September 2025 lanjut di level ekspansif sebesar 50,4 setelah bulan sebelumnya tercatat 51,5. Jumlah pesanan baru meningkat meskipun volume produksi turun setelah naik signifikan pada Agustus 25.
Baca juga: Telat Lapor Akuisisi Saham Tokopedia, TikTok Didenda KPPU Rp15 Miliar
“Pelaku usaha meningkatkan jumlah inventaris pra dan pasca produksi merespon antisipasi lonjakan permintaan ditengah stimulus moneter dan fiskal sekaligus mengamankan kenaikan harga bahan input,” imbuhnya.
Adapun dari mancanegara, Bursa Wall Street menguat terbatas. Indeks NASDAQ naik 0,30 persen dan S&P 500 meningkat 0,41 persen (30/9). Ketidakpastian kebijakan fiskal terkait pengesahan anggaran masih memberikan volatilitas di pasar.
Sedangkan dari Asia, Indeks PMI Manufaktur Tiongkok versi BPS masih di level kontraksi 49,8 meskipun lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya 49,4. Jika diakumulasi dalam enam bulan terakhir aktivitas manufaktur kontraksi. (*)
Editor: Galih Pratama









