Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat terbatas 0,04 persen ke level 7.110,16 dari posisi 7.107,52, pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (17/1).
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan IHSG hari ini, sebanyak 291,72 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 33 ribu kali, serta total nilai transaksi mencapai Rp324,27 miliar.
Kemudian, tercatat terdapat 91 saham terkoreksi, sebanyak 154 saham menguat dan 253 saham tetap tidak berubah.
Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, melihat IHSG secara teknikal pada hari ini diprediksi bergerak variatif dalam rentang level 7.080 hingga 7.150.
Baca juga: IHSG Berpotensi Menguat, Simak Rekomendasi Saham Berikut
“Pada perdagangan kemarin, Kamis (16/1) IHSG ditutup naik 0,39 persen atau plus 27,9 poin ke level 7.107. IHSG hari ini (17/1) diprediksi bergerak mixed dalam range 7.080-7.150,” ucap Ratih dalam risetnya di Jakarta, 17 Januari 2025.
Ratih melihat IHSG menguat dalam dua hari beruntun yang ditopang oleh apresiasi saham perbankan Big Caps pasca BI-Rate turun 25 bps. Investor asing tercatat beli bersih senilai Rp430 miliar di pasar ekuitas domestik (16/1).
Kebijakan moneter longgar Bank Indonesia (BI) yang lebih mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi membuat IHSG bergerak positif di tengah indeks bursa di kawasan ASEAN yang sebagian besar melemah.
Secara berlawanan, akibat kebijakan tersebut rupiah lanjutkan pelemahan meskipun pekan ini (wtd) imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun terkoreksi 3,07 persen ke level 4,61 persen.
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus neraca dagang periode Desember 2024 sebesar USD2,24 miliar, setelah pada bulan sebelumnya tercatat surplus USD4,37 miliar.
Baca juga: Suku Bunga BI Dipangkas, 3 Saham Big Banks Ini Diburu Asing
Alhasil, neraca dagang per Desember 2024 tercatat surplus dalam 56 bulan beruntun. Jika diakumulasi, surplus neraca dagang pada 2024 sebesar USD31,04 miliar atau lebih rendah dibandingkan 2023 dengan surplus sebesar USD36,89 miliar.
Adapun dari mancanegara, bursa Wall Street melemah akibat aksi profit taking setelah menguat signifikan pasca rilis inflasi AS yang sesuai dengan ekspektasi. Data penjualan ritel juga menunjukan terbatasnya kenaikan inflasi.
Penjualan ritel (ritel sales) AS pada Desember 2024 tumbuh 3,9 persen yoy atau lebih landai dari bulan sebelumnya sebesar 4,1 persen yoy. (*)
Editor: Galih Pratama










