Jakarta–Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengaku, 13 investor asal Tiongkok siap untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Ke-13 investor tersebut bergerak di berbagai sektor.
Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, 13 investor ini terdiri dari perusahaan yang bergerak di sektor pembangkit listrik energi terbarukan, furniture, industri kimia, konsultasi konstruksi, jasa konstruksi, elevator, obat tradisiona, industri tekstil, industri pupuk, garmen, industri mesin jahit dan industri pengolahan kayu.
“Skala investasinya lebih ke investor skala menengah dengan kisaran investasi di bawah US$1 juta Hingga US$50 juta. Namun ada sebagian yang skalanya lebih besar seperti yang sektor pembangkit listrik terbarukan merupakan yang anak perusahaman kelistrikan terbesar di Tiongkok,” ujar Franky dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 21 Maret 2016.
Menurut Franky, untuk bidang usaha furniture, investor Tiongkok yang masuk sedang mencari lokasi yang tepat, utamanya terkait dengan UMR serta insentif yang diberikan untuk industri padat karya. “Mereka membidik segmentasi furniture untuk perkantoran,” tukasnya.
Sementara untuk investor di bidang industri Kimia rencananya akan segera melakukan konstruksi di lahan seluas 2.000 hektar, demikian halnya dengan perusahaan konstruksi yang telah memiliki mitra lokal di Batam.
Walikota Huzhou Chen Weijun juga menyampaikan, bahwa pihaknya akan terus meningkatkan hubungan kerja sama ekonomi baik perdagangan dan investasi dengan Indonesia.
“Pada 2015, total volume perdagangan impor dan ekspor antara Indonesia and Huzhou mencapai US$170 juta, dengan angka pertumbuhan mencapai 5,6%. Total perdagangan dalam sektor jasa mencapai US$6,87 juta,” ucapnya.
Dia menjelaskan, perusahaan asal Huzhou Tiongkok yang ada di Indonesia di antaranya Zhongyi Construction Group, dan Zhongshan Chemical Industry Group yang meluncurkan beberapa proyek investasi. Menurutnya, saat ini ada enam perusahaan Huzhou yang telah beroperasi di Indonesia.
BKPM mencatat, investasi dari Tiongkok sepanjang 2015 (tidak termasuk sektor hulu migas dan keuangan) mencapai US$628,3 juta, menempatkan RRT sebagai investor terbesar ke-9 di Indonesia.
Nilai tersebut di luar angka investasi RRT ke Indonesia yang juga tercatat melalui negara-negara lainnya sebesar US$1,53 miliar sehingga total investasi Tiongkok pada 2015 sebesar US$2,16 miliar atau meningkat sebesar 47% dibandingkan tahun sebelumnya. (*)
Editor: Paulus Yoga